Arkeologi atau ilmu purbakala semakin memiliki banyak subdisiplin. Ini karena pengetahuan tentang masa lampau sangat beragam. Ada Arkeologi Lingkungan yang berhubungan dengan lingkungan purba.Â
Ada Arkeologi Publik yang berkenaan dengan masyarakat masa kini. Ada lagi Arkeologi Persampahan yang meneliti sampah masa kini dan hubungannya dengan tingkah laku manusia.
Di Barat sudah lama berkembang Arkeologi Metafisika. Metafisika sendiri merupakan padanan dari bahasa Yunani, yakni meta (setelah atau di balik) dan fisika (hal-hal di alam). Menurut Wikipedia, metafisika merupakan cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakikat obyek (fisik).Â
Pada masa kemudian istilah metafisika telah berkembang untuk merujuk pada "hal-hal di luar dunia fisik", misalnya ilmu gaib, ilmu ramalan, dan pengobatan alternatif.
Eropa
Arkeologi Metafisika mulai dikembangkan di Eropa. Beberapa waktu lalu sejumlah arkeolog dari Spanish National Research Council mengklaim menemukan bukti pertama lokasi Kaisar Romawi Julius Caesar ditusuk.
Selama ini informasi tewasnya Caesar hanya bersumber dari teks klasik. Dikabarkan, struktur beton berukuran tiga meter kali dua meter ditemukan di dekat Teater Pompey, Roma. Demikian menurut nationalgeographic.grid.id.
Astrologi sebagai bagian dari ilmu metafisika dipercaya telah teruji keilmiahannya. Ilmu ini jauh dari unsur mistik atau magis karena disusun berdasarkan pengetahuan empiris selama berabad-abad. Untuk memahami astrologi, pengetahuan astronomi mutlak diperlukan.Â
Pengetahuan astrologi bermanfaat untuk menganalisis prasasti atau sumber tertulis lain. Terlebih  jika yang tersisa hanya unsur penanggalan, sementara bagian-bagian lain rusak, aus, atau hilang. Saat ini memang upaya analisis astrologi terhadap prasasti belum menjadi perhatian para arkeolog atau epigraf dan juga astrolog. Mudah-mudahan segera ada epigraf yang menekuni astronomi dan/atau astrologi. Paling tidak ada kerja sama antara epigraf dengan astronom dan astrolog. Dengan bantuan analisis astrologi, bukan tidak mungkin penulisan sejarah kuno Indonesia dapat lebih berkembang.
Berkembang pula Arkeologi Spiritual, yakni perjalanan ke tempat-tempat suci, kuil kuno, piramida, situs arkeologi, situs alam, dan lokasi spiritual yang unik di seluruh dunia.Â
Arkeologi Spiritual memberikan apa yang dicari oleh para penjelajah tempat-tempat suci, sesuatu yang tidak dapat disediakan oleh pariwisata. Akses ke kekayaan spiritual yang tersembunyi, pesan-pesan pribadi yang mengubah hidup, dan kisah-kisah unik diungkapkan oleh tempat-tempat mistis ini. Â
Paranormal
Harian Media Indonesia pernah menulis, upaya pencarian situs sejarah yang diduga masih terpendam di bumi Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), direncanakan melibatkan kalangan paranormal, dan tentu saja arkeolog. Â
Ini karena sejarah kebudayaan Sasak kuno di Lombok begitu banyak, namun sangat sedikit situs sejarah yang ditemukan.
Paranormal akan membantu mencari lokasi situs bersejarah yang terkubur dengan metode penerawangan yang melacak energi dari benda bersejarah secara nonsains atau kemampuan  metafisika.Â
Dengan menggunakan kekuatan indera keenam, secara klenik para cenayang akan melacak keberadaan situs bersejarah tersebut, kemudian menginformasikan kepada arkeolog untuk proses penggalian. Â Â Â Â
Peranan metafisika pernah diuji untuk menemukan tinggalan Nabi Musa. Kisah Nabi Musa hanya ditemukan di kitab suci. Tak ada dokumen sejarah ataupun temuan arkeolog yang membenarkan keberadaan Nabi Musa, begitu tulisan dalam republika.co.id.
Dari kisah kitab suci, Nabi Musa diduga hidup di era Firaun Ramses II, sekitar 1303-1203 Sebelum Masehi. Ini era seribu tahun sebelum lahirnya Nabi Isa (Yesus) atau sekitar 1.800 tahun sebelum lahirnya Nabi Muhammad.
Dokumen sejarah memang menemukan figur Rameses II. Juga ditemukan pula kisah firaun sebelum dan sesudahnya. Namun tak ada sedikit pun catatan mengenai tokoh Nabi Musa. Â
Tulis republika.co.id selanjutnya, para arkeolog mencari kisah eksodus dengan menggali situs. Eksodus penduduk Yahudi dari Mesir, yang dipimpin Nabi Musa menuju Laut Merah, dapat dilacak aneka rutenya. Itu perjalanan panjang dan menyertakan begitu banyak orang.
"Rute itu digali. Namun tak ditemukan jejak bahwa rute itu pernah dilalui begitu banyak orang di tahun sebelum seribu masehi. Tak ada bekas peninggalan, misalnya tempat makanan, tempat berteduh, atau benda lain," demikian republika.co.id.
Beberapa tahun belakangan ini muncul pengetahuan baru di dunia Barat, yakni Biblical Archaeology dan Quranic Archaeology. Kedua subdisiplin baru ini belum mendapat 'restu' dari kalangan ilmuwan dan agamawan karena dianggap masih kontroversial.
Wangsit
Tak terelakkan kalau di Indonesia banyak 'arkeolog dukun' yang mencari benda-benda masa lampau dari dalam tanah secara ilegal. Penggalian liar, istilahnya. Mereka mencari 'harta karun' berdasarkan wangsit dan kemenyan. Mereka berhubungan dengan 'orang halus'.
Konon, mereka mampu 'menarik' benda-benda dari dalam tanah. Ada yang 'menemukan' keris, ada yang 'menemukan' batu permata, entah kebenarannya.
Arkeologi ternyata menarik. Kita belum tahu di mana ada benda-benda berharga. Benda itu baru muncul ke permukaan kalau ada penemuan tidak sengaja oleh para penggarap tanah di tanah warga.Â
Ini terlihat dari temuan Candi Gemekan dan Prasasti Gemekan di Trowulan, Jawa Timur, Maret 2022 lalu. Lokasi situs berada di sawah milik warga.
Inilah pentingnya arkeologi merangkul warga. Siapa tahu nanti berdampak pada Arkeologi Metafisika.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H