Zaman dulu, masa ratusan tahun yang lalu, tentu belum ada listrik. Kehidupan masyarakat masih sangat sederhana dan tergantung pada alam. Bagaimana dengan penerangan rumah, terutama di malam hari?
Kemungkinan ada beberapa macam alat penerangan sederhana. Adanya alat penerangan ditemukan pada sejumlah situs arkeologi. Ada yang berbentuk pecahan, ada pula yang berbentuk utuh. Ada yang berbahan tanah liat, ada pula berbahan logam.
Celupak---pelita  sederhana tanpa gagang, tutup, dan lubang sumbu---banyak  ditemukan di Nusantara. Celupak berfungsi sebagai alat penerangan. Sebagai sumber energi celupak menggunakan minyak. Minyak tersebut berasal dari lemak binatang atau tumbuh-tumbuhan. Mungkin saja minyak kelapa atau minyak jarak. Bahkan minyak dari bahan lain tergantung daerah.
Celupak memiliki satu sumbu atau lebih. Sumbu itu diletakkan pada bagian tepian yang menjorok ke luar dan menyempit. Bentuk, ukuran, dan bahan celupak ada beragam. Cara penggunaan celupak adalah membakar sumbu yang diletakkan di dalam minyak pada bagian tepi wadah sehingga api dapat menyala dan digunakan sebagai alat penerangan. Bayangkan, bagaimana orang-orang zaman dulu menulis rontal pada malam hari, terutama di Kerajaan Majapahit.Â
Fragmen atau pecahan celupak antara lain ditemukan pada situs Gemekan, hasil ekskavasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur pada Februari 2022 lalu. Di situs Trowulan juga ditemukan beberapa celupak yang kini dipajang di Pusat Informasi Majapahit. Sebagai situs pemukiman, celupak banyak ditemukan di Trowulan dan sekitarnya.
Prasasti
Minyak apa yang digunakan pada celupak? Nah, ini perlu penelitian lebih lanjut. Pasti ada sisa-sisa minyak yang melekat pada celupak. Bawa saja ke laboratorium. Dengan mengetahui partikel-partikel sisa, pasti bisa diketahui jenis minyak apa. Begitulah dunia arkeologi. Sering kali meminta bantuan kepada pakar-pakar disiplin lain.
Yang menarik, menurut bacaan Sudi Harjanto, aktivis komunitas dari Sidoarjo, pada prasasti Linggasuntan dari masa 851 Saka atau 929 Masehi, ada penyebutan kata lnga dalam bahasa Jawa Kuno. Kata lnga bermakna minyak, sebagaimana masyarakat Jawa masih menyebut minyak sebagai 'lengo'. Â Yang menarik, pernah ditemukan jejak getah damar dan minyak jarak pada celupak.
Selain celupak tunggal dari bahan tanah liat, pernah ditemukan celupak ganda dari bahan perunggu. Penggunaannya dengan cara digantung. Dengan demikian jangkauan penerangan menjadi lebih luas.