Hari ini Presiden Joko Widodo bersama para gubernur dari seluruh Indonesia akan mengadakan ritual adat yang disebut Kendi Nusantara di ibu kota baru IKN, Kalimantan Timur. Masing-masing gubernur membawa tanah dan air dari wilayahnya.
Ada yang menyebut ini kegiatan klenik. Ada pula yang menyebut kegiatan budaya nenek moyang, seperti halnya menanam kepala kerbau pada pembangunan besar atau mengikat padi pada atap sewaktu pembangunan rumah.
Terlepas dari klenik atau budaya, yang jelas sebagai arkeolog saya hanya ingin menginformasikan bahwa kendi adalah tempat untuk menyimpan air berbentuk seperti teko yang terbuat dari tanah liat.Â
Kendi dikenal di seluruh dunia dan berkembang di Mesir, Tiongkok, Jepang, Thailand, dan Indonesia.
Kundika
Kata kendi berasal dari bahasa Sanskerta, Â kundika, yang artinya 'wadah air minum'. Dalam ikonografi (pengetahuan yang mempelajari seni arca) Hindu, kundika merupakan atribut dari Dewa Brahma dan Dewa Siwa. Sedangkan pada agama Buddha, kundika merupakan atribut Awalokiteswara.Â
Kendi-kendi gerabah yang berasal dari zaman prasejarah, yakni masa sebelum dikenalnya sumber tertulis, banyak ditemukan dalam penggalian arkeologis.Â
Kendi sebagai wadah air yang memiliki  corot, baru dikenal pada abad ke-9 di Jawa. Hal ini dapat dilihat pada relief-relief Candi Borobudur.
Selain berbahan tanah liat, Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta pernah menemukan kendi perunggu yang tidak utuh.Â
Diperkirakan berfungsi sebagai tempat air dalam upacara keagamaan. Bagian cerat patah dan hilang. Bentuk kaki panjang, dasar kaki bulat.Â