Kalau Medan terkenal dengan kendaraan khas bentor atau becak bermotor, Â maka Tapanuli Tengah memiliki Double Decker Bentor. Begitulah guyonan di antara para arkeolog, yang sedang melakukan ekskavasi atau penggalian arkeologis di Situs Bongal, Tapanuli Tengah.
Berbeda dengan bentor standar yang bisa memuat maksimal 3 orang, maka Double Decker Bentor bisa memuat 10 orang. Tampak dalam gambar, 4 orang duduk di atas. Rupanya para pelajar yang menaiki bentor tersebut. Â
Untung saja daerah Jago-jago itu datar karena berada di daerah pesisir. Bisa dibayangkan kalau ada turunan atau tanjakan. Bisa jadi kalau pengemudi mengerem mendadak, penumpang di atas akan jatuh tersungkur atau terjengkang.
Mungkin wilayah Tapanuli Tengah itu minim memiliki angkutan umum kecil. Maka alternatif adalah menaiki bentor khas Jago-jago. Yang namanya pelajar, memang berani mengambil risiko. Mereka tidak takut jatuh. Semoga pemda setempat memikirkan kendaraan umum yang layak dan aman demi kepentingan masyarakat.
Kekinian dan kekunoan
Kalau bentor merupakan artefak kekinian, sebaliknya para arkeolog sedang mencari artefak kekunoan. Untuk kesekian kalinya tim arkeologi melakukan ekskavasi di Situs Bongal. Kegiatan itu diselenggarakan mulai 14 Februari 2022 lalu dan akan berakhir pada 28 Februari 2022. Kegiatan ekskavasi melibatkan para peneliti dari Sultanate Institute, Kurator Museum Abad 1 Hijriyah, Mapesa, para peneliti Kantor Arkeologi Sumatera Utara (sebelumnya Balai Arkeologi Sumatera Utara), Peneliti Pusat Riset Arkeometri BRIN (sebelumnya Pusat Penelitian Arkeologi Nasional), dan Peneliti Ekosistem Hutan KLHK.
Pendudukung penelitian adalah Pemkab Tapanuli Tengah dan PT Media Literasi Nesia. Â Situs Bongal sendiri sudah didaftarkan sebagai Cagar Budaya. Sidang penetapan dilakukan pada 2-3 Desember 2021 oleh Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) setempat. Dengan penetapan ini maka masyarakat dilarang keras untuk merusak atau menggali situs untuk kepentingan kelompok atau keuntungan pribadi.
Penelitian Situs Bongal dikomandani oleh arkeolog Ery Soedewo dari Kantor Arkeologi Sumatera Utara dan geolog Fadhlan S. Intan dari Pusat Riset Arkeometri BRIN Jakarta.
Meskipun harus berlumpur ria diiringi ilmu mengobok-ngobok air, tim berhasil menemukan sejumlah temuan di antaranya butiran emas, manik-manik, batu giok, dan koin Tiongkok. Hanya analisis masih dilakukan. Semoga ada data baru untuk memperkaya data yang ditemukan sebelumnya.