Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Artefak Kekinian Sekaligus Mencari Artefak Kekunoan di Tapanuli Tengah

21 Februari 2022   16:15 Diperbarui: 5 Juni 2022   21:06 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Temuan guci dari Iran/atas dan prasasti timah/bawah (Sumber: Pak Ery Soedewo melalui makalah Pak Fadhlan)

Kalau Medan terkenal dengan kendaraan khas bentor atau becak bermotor,  maka Tapanuli Tengah memiliki Double Decker Bentor. Begitulah guyonan di antara para arkeolog, yang sedang melakukan ekskavasi atau penggalian arkeologis di Situs Bongal, Tapanuli Tengah.

Berbeda dengan bentor standar yang bisa memuat maksimal 3 orang, maka Double Decker Bentor bisa memuat 10 orang. Tampak dalam gambar, 4 orang duduk di atas. Rupanya para pelajar yang menaiki bentor tersebut.  

Untung saja daerah Jago-jago itu datar karena berada di daerah pesisir. Bisa dibayangkan kalau ada turunan atau tanjakan. Bisa jadi kalau pengemudi mengerem mendadak, penumpang di atas akan jatuh tersungkur atau terjengkang.

Mungkin wilayah Tapanuli Tengah itu minim memiliki angkutan umum kecil. Maka alternatif adalah menaiki bentor khas Jago-jago. Yang namanya pelajar, memang berani mengambil risiko. Mereka tidak takut jatuh. Semoga pemda setempat memikirkan kendaraan umum yang layak dan aman demi kepentingan masyarakat.

Pak Fadhlan sedang mengamati kegiatan di dalam air/kiri dan temuan manik-manik/kanan (Sumber: Pak Fadhlan)
Pak Fadhlan sedang mengamati kegiatan di dalam air/kiri dan temuan manik-manik/kanan (Sumber: Pak Fadhlan)

Kekinian dan kekunoan

Kalau bentor merupakan artefak kekinian, sebaliknya para arkeolog sedang mencari artefak kekunoan. Untuk kesekian kalinya tim arkeologi melakukan ekskavasi di Situs Bongal. Kegiatan itu diselenggarakan mulai 14 Februari 2022 lalu dan akan berakhir pada 28 Februari 2022. Kegiatan ekskavasi melibatkan para peneliti dari Sultanate Institute, Kurator Museum Abad 1 Hijriyah, Mapesa, para peneliti Kantor Arkeologi Sumatera Utara (sebelumnya Balai Arkeologi Sumatera Utara), Peneliti Pusat Riset Arkeometri BRIN (sebelumnya Pusat Penelitian Arkeologi Nasional), dan Peneliti Ekosistem Hutan KLHK.

Pendudukung penelitian adalah Pemkab Tapanuli Tengah dan PT Media Literasi Nesia.  Situs Bongal sendiri sudah didaftarkan sebagai Cagar Budaya. Sidang penetapan dilakukan pada 2-3 Desember 2021 oleh Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) setempat. Dengan penetapan ini maka masyarakat dilarang keras untuk merusak atau menggali situs untuk kepentingan kelompok atau keuntungan pribadi.

Penelitian Situs Bongal dikomandani oleh arkeolog Ery Soedewo dari Kantor Arkeologi Sumatera Utara dan geolog Fadhlan S. Intan dari Pusat Riset Arkeometri BRIN Jakarta.

Temuan guci dari Iran/atas dan prasasti timah/bawah (Sumber: Pak Ery Soedewo melalui makalah Pak Fadhlan)
Temuan guci dari Iran/atas dan prasasti timah/bawah (Sumber: Pak Ery Soedewo melalui makalah Pak Fadhlan)

Meskipun harus berlumpur ria diiringi ilmu mengobok-ngobok air, tim berhasil menemukan sejumlah temuan di antaranya butiran emas, manik-manik, batu giok, dan koin Tiongkok. Hanya analisis masih dilakukan. Semoga ada data baru untuk memperkaya data yang ditemukan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun