Setiap memperingati Hari Pers Nasional saya selalu teringat pengalaman manis sekaligus pahit yang saya alami. Pengalaman manis adalah mendapat penghargaan Anugerah Jurnalistik MH Thamrin pada 2017. Anugerah bergengsi itu diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia Jakarta Raya (PWI Jaya) bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta. Ketika itu saya menulis "Cara Mengatasi Banjir Jakarta Ternyata Sudah Tertulis dalam Prasasti" pada Kompasiana, 30 Desember 2016. Tulisan saya bisa diikutkan karena periode penilaian 1 Juni 2016 hingga 31 Mei 2017.
Anugerah Jurnalistik MH Thamrin diselenggarakan setiap tahun. Biasanya diberikan kepada wartawan media cetak, media elektronik, dan media daring yang antara lain menulis atau membuat karya artikel, tajuk rencana, foto, siaran televisi, siaran radio, dan media daring. Baru kali ini Anugerah Jurnalistik diberikan untuk kategori citizen journalism atau jurnalisme warga. Kompasiana sebagai blog publik terpilih karena berbadan hukum. Tampaknya tahun berikutnya masih diberikan kepada jurnalisme warga. Entah mulai 2019 apakah ada ataukah tidak.
Anugerah Jurnalistik MH Thamrin ini diberikan oleh PWI Jaya sejak 1995/1996, namun sempat terhenti pada periode  1999-hingga 2002 karena guncangan krisis ekonomi di Indonesia. Beberapa tulisan saya bisa dilihat [DI SINI] dan [DI SANA].
Pengalaman Pahit
Ketika itu saya naik panggung dan memperoleh piala bersama piagam penghargaan. Seharusnya saya memperoleh hadiah uang. Namun menurut panitia, nanti pemenang akan dihubungi. Setelah saya menunggu satu bulan, kok saya belum dihubungi. Saya balas hubungi melalui sms dan pos elektronik yang pernah menghubungi saya. Ternyata keduanya tidak ada respons.
Saya beberapa kali kontakan dengan Mas Doni dari kompas.com yang juga menjadi pemenang. Beliau pun mengalami nasib seperti saya. Entah apa masalah pada PWI Jaya ketika itu. Karena beberapa kali kontak tidak ada respon, yah saya biarkan saja. Saya pasrah, dengan berharap suatu waktu pihak PWI Jaya menghubungi saya.
Sampai sekarang hadiah uang yang dijanjikan belum saya terima. Saya tidak tahu berapa besar. Jadi PWI Jaya masih berutang kepada saya. Itulah pengalaman pahit saya. Kalau PWI Jaya atau sponsor mau transfer, pasti saya terima. Akan saya dedikasikan untuk gerakan literasi yang saya geluti, mengirim buku kepada masyarakat lewat KUBU (Kuis Buku) dan GEMAR (GErakan Menulis ARkeologi).*** Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI