Kata banyak orang, saya termasuk kolektor palugada--apa lu mau gua ada--hehehe... Entah karena apa sejak dulu saya selalu menyimpan segala sesuatu yang saya anggap menarik. Ada karcis masuk museum, ada karcis tol, ada karcis TransJakarta, ada blangko bank, pokoknya masih banyak lagi. Tentu saja buku dari berbagai genre. Pasti ini karena karakter atau memang sudah ada tanda-tanda takdir.
Saya buka berbagai ramalan seperti astrologi, palmistri, numerologi, dan primbon, semuanya menjurus kepada "senang menulis, perpustakaan, museum, sejarah, mengumpulkan segala sesuatu, minat kepada barang-barang kuno". Â Wah, semuanya memang ada pada diri saya.
Buku
Sejak kecil saya senang membaca. Mungkin karena pengaruh ayah saya dan tante saya. Ayah saya pernah menjadi guru. Tante saya lebih lama menjadi guru.Â
Dulu di rumah masa kecil saya, banyak buku bergeletakan. Kalau ada waktu luang saya baca. Begitu pun di rumah tante saya. Membaca buku selalu tidak ketinggalan.
Ketika SMP saya ikut mengasuh majalah dinding. Untuk itu saya ikut menulis, baik puisi maupun tulisan ringan. Saya memakai nama panggung Karto alias Karya Djulianto. Sebagai pengasuh majalah dinding tentu saja saya harus banyak membaca.
Di tingkat SMA, saya ingat guru Bahasa Indonesia memberi motivasi agar saya banyak membaca. Selain meminjam buku-buku novel atau bacaan lain di perpustakaan sekolah, saya pun menjadi anggota Perpustakaan Museum Pusat di Jalan Merdeka Barat, Perpustakaan Balai Pustaka di Jalan Dokter Wahidin, dan Perpustakaan Wilayah DKI Jakarta di Jalan Merdeka Selatan. Setiap Minggu saya meluangkan waktu ke sana. Dulu setiap Sabtu sekolah masih mengadakan kegiatan.
Di perguruan tinggi, saya pun sering ke perpustakaan kampus dan perpustakaan lain di luar kampus. Bahkan karena sering membaca, saya mulai menjadi penulis artikel. Apalagi ketika itu saya ikut mengelola buletin mahasiswa Romantika Arkeologia. Sejak itulah tulisan-tulisan saya mulai bertebaran di koran dan majalah.
Sebagian honorarium saya sisihkan untuk membeli buku. Biasanya saya membeli buku di Toko Bhakti milik IKIP Jakarta yang kampusnya memang bersebelahan. Atau membeli buku kalau ada bursa buku murah. Selain buku baru, dijual juga  buku bekas.
Sejak itu saya selalu membeli buku. Termasuk juga mencari buku di Lapangan Banteng dan Proyek Senen. Ketika itu lapak buku bekas banyak terdapat di sana.