Koin dalam arkeologi berbicara konteks sejarah. Arkeolog tidak peduli koin itu bagus atau jelek, yang penting data koin terungkap. Beda dengan kolektor atau numismatis yang selalu mempertimbangkan grade (kondisi). Apalagi ada sistem grading dalam bentuk sertifikasi koleksi. Semakin bagus koleksi, maka semakin berharga mahal.
Mata uang dalam arkeologi untuk rekonstruksi sejarah (informasi dan edukasi), sementara di mata numismatis sebagai benda investasi. Namun penafsiran koin harus dilakukan dengan benda sezaman dan sejajar. Dulu ada kesalahan penafsiran terhadap koin yang ditemukan di situs Gunung Pandang. Koin itu dianggap berusia ribuan tahun karena berada pada lapisan tanah berusia ribuan tahun. Padahal koin merupakan benda budaya, sementara lapisan tanah merupakan benda nonbudaya. Jelas salah besar.
Entah apakah pada 2022 ini si Covid sudah benar-benar pergi atau belum. Inilah salah satu keuntungan buat peserta kegiatan daring: mendapat ilmu dari rumah. Syukur-syukur mendapat cendera mata dari panitia webinar jika beruntung.
Berbagi ilmu atau pengetahuan, baik lewat Kompasiana, webinar, maupun kegiatan-kegiatan lain, menjadi kebahagiaan tersendiri buat saya. Yah hitung-hitung sebagai imunitas tubuh. Semoga saya masih bisa memberi sedekah ilmu. Kalau memberi sedekah uang, maka uang kita akan habis. Kalau memberi sedekah ilmu, maka secara tidak terduga justru ilmu kita akan bertambah.*** Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H