Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Entah Sampai Kapan Lampu Petromaks Mampu Bertahan

17 Maret 2021   12:49 Diperbarui: 17 Maret 2021   12:52 4525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lampu petromaks, A. pompa dan B. tombol pengatur gelap-terang (Foto: tangkapan layar id.carousell.com)

Masa 1970-an listrik masih terbatas. Maka untuk mengatasi kegelapan, keluarga saya memasang lampu petromaks (petromax) setiap malam. Biasanya digantung di langit-langit rumah agar terang. Petromaks dipasang setiap magrib sampai sekitar pukul 21.00.

Petromaks menggunakan bahan bakar minyak tanah. Sementara kaus lampu menggunakan bahan khusus agar awet biarpun kena panas. Untuk menyalakan petromaks, kita perlu bantuan spiritus yang ditaruh di atas mangkok kecil. Kemudian kita sulut dengan korek api. Setelah terbakar, api dari spiritus sedikit demi sedikit akan mengenai kaus lampu.

Setelah spiritus habis, kaus lampu mulai menyala. Saat itulah kita harus memompa petromaks (lihat pompa A). Untuk mengatur besar kecilnya penerangan, kita menggunakan tombol pemutar B. Biasanya selang beberapa waktu, penerangan akan redup. Mulailah kita memompa kembali sampai terang.

Daya tahan petromaks cukup lama. Ini karena kapasitas minyak tanah dalam tangki mencapai satu liter. Agar penerangan tidak terlalu menyebar, pada bagian atas petromaks ada semacam tudung berbentuk lingkaran.

Di halaman rumah kakek saya ada tanah luas yang dimanfaatkan sebagai lapangan bulutangkis. Setiap malam minggu selalu ramai dengan warga sekitar yang bermain bulutangkis. Ada empat tiang bambu untuk meletakkan petromaks. Jadi lumayan terang.

Ilustrasi lampu petromaks, A. pompa dan B. tombol pengatur gelap-terang (Foto: tangkapan layar id.carousell.com)
Ilustrasi lampu petromaks, A. pompa dan B. tombol pengatur gelap-terang (Foto: tangkapan layar id.carousell.com)
Petroleum dan Max Graetz

Menurut Wikipedia, desain lampu ini ditemukan pada 1910 oleh Max Graetz (1851-1937), CEO dari perusahaan Ehrich & Graetz, yang berpusat di Berlin, Jerman. Nama Petromax sendiri merupakan gabungan kata dari "Petroleum" dan "Max Graetz".

Sebelum adanya listrik masuk desa, lampu petromaks banyak dipakai warga. Begitu juga oleh pedagang kaki lima di malam hari. Hingga 1990-an petromaks masih populer. Mungkin kini petromaks hanya bisa disaksikan lewat museum.

Beberapa pedagang daring masih terlihat menjual petromaks. Entah sampai kapan lampu petromaks mampu bertahan.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun