Disadari atau tidak, sebenarnya banyak sekali manfaat hobi. Mendayagunakan waktu senggang, melatih kesabaran, dan menambah ilmu, menjadi sebagian manfaat hobi. Belum lagi sebagai benda investasi, atau paling tidak bermanfaat ekonomi. Dari hobi bisa menjadi profesi, telah dirasakan banyak orang.
Saya sendiri merasakan hobi sebagai benda investasi meskipun dalam skala kecil. Sebagaimana kita tahu, dalam masa pandemi Covid ini perekonomian dunia terpuruk. Indonesia tentu ikut merasakan dampak tersebut. Salah satu bukti, banyak perusahaan mengurangi karyawan. Bahkan yang drastis terpaksa tutup permanen. Akibatnya tentu saja bisa diduga, yakni terjadi PHK. Perusahaan besar pun terkena dampak Covid.
Dulu 'tambang emas' saya adalah honorarium menulis di media cetak. Namun seiring perkembangan teknologi digital, beberapa media cetak telah sekarat bahkan tutup. Maklum penghasilan dari iklan menurun drastis. Media daring yang kini menjamur, rupanya belum mampu mengeruk iklan sebagaimana pernah 'booming' pada media cetak. Apalagi pada masa pandemi ini.
Hobi yang saya tekuni sejak lama adalah numismatik dan filateli. Pada 1980-an saya mendapat sejumlah uang lama dari ibu saya. Rupanya ibu saya senang berkoleksi. Dulu koleksi ibu saya, berkondisi apa adanya. Namun masih dalam kondisi bagus. Kalau menurut istilah numismatik kondisi F (Fine) dan XF (Extra Fine). Atau dalam istilah awam, cukup bagus dan bagus. Waktu itu dalam pandangan saya, harga uang lama pasti mahal.
Namun setelah menjadi anggota Perhimpunan Penggemar Koleksi Mata Uang (PPKMU) mulai 1986, ternyata tidak semua uang lama itu mahal. Harganya pun tergantung kondisi atau grade. Grade yang paling dicari kolektor atau numismatis adalah Unc (Uncirculated). Sekadar gambaran, kondisi uang dengan grade Unc identik dengan gepokan baru dari Bank Indonesia. Uang seperti itu belum pernah dipakai bertransaksi.
Koleksi saya boleh dibilang biasa saja. Saya berkoleksi seadanya disesuaikan isi kantong. Dulu saya sering menghadiri acara lelang PPKMU. Sering kali dapat koleksi dengan harga murah dengan kondisi Unc. Yang kondisi Unc itu saya masukkan ke dalam album, untuk menggantikan koleksi sejenis yang berkondisi di bawah Unc.
Karena sering ikut lelang, tanpa sadar banyak koleksi dobel. Koleksi yang dobel inilah yang saya jual. Saya pernah punya beberapa lembar uang kertas seri Hewan Rp5, Rp50, dan Rp100. Â Karena kondisi bagus, terjual 3 digit. Kalau tidak salah Rp300.000 selembar. Memang ada katalogus untuk patokan harga. Tapi saya kurang mempertimbangkan itu. Yang penting buat koleksi si pembeli. Hitung-hitung mengembangkan dunia numismatik di kalangan pemula.
Saat ini masih banyak koleksi dobel. Namun rata-rata berharga 2 digit. Biasanya juga ada yang menghubungi saya mencari uang mahar atau untuk obat, bahkan untuk syarat ritual.
Koleksi filateli saya pun lumayan. Yang terbanyak tentu saja prangko. Ada prangko bekas yang disebut used, ada pula prangko baru atau mint. Saya pernah bertahun-tahun langganan dari Kantor Filateli Jakarta. Selain prangko, koleksi saya berupa SHP (Sampul Hari Pertama) dan Carik Kenangan (Souvenir Sheet).