Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Manfaat Hobi sebagai "Vaksin Covid" dan Penyambung Hidup

7 Maret 2021   09:35 Diperbarui: 8 Maret 2021   07:15 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi numismatik berupa uang kertas dan uang logam (koin), sebagian besar ada yang dobel (Dokpri)

Disadari atau tidak, sebenarnya banyak sekali manfaat hobi. Mendayagunakan waktu senggang, melatih kesabaran, dan menambah ilmu, menjadi sebagian manfaat hobi. Belum lagi sebagai benda investasi, atau paling tidak bermanfaat ekonomi. Dari hobi bisa menjadi profesi, telah dirasakan banyak orang.

Saya sendiri merasakan hobi sebagai benda investasi meskipun dalam skala kecil. Sebagaimana kita tahu, dalam masa pandemi Covid ini perekonomian dunia terpuruk. Indonesia tentu ikut merasakan dampak tersebut. Salah satu bukti, banyak perusahaan mengurangi karyawan. Bahkan yang drastis terpaksa tutup permanen. Akibatnya tentu saja bisa diduga, yakni terjadi PHK. Perusahaan besar pun terkena dampak Covid.

Dulu 'tambang emas' saya adalah honorarium menulis di media cetak. Namun seiring perkembangan teknologi digital, beberapa media cetak telah sekarat bahkan tutup. Maklum penghasilan dari iklan menurun drastis. Media daring yang kini menjamur, rupanya belum mampu mengeruk iklan sebagaimana pernah 'booming' pada media cetak. Apalagi pada masa pandemi ini.

Koleksi filateli, sebagian ada yang dobel (Dokpri)
Koleksi filateli, sebagian ada yang dobel (Dokpri)
Numismatik 

Hobi yang saya tekuni sejak lama adalah numismatik dan filateli. Pada 1980-an saya mendapat sejumlah uang lama dari ibu saya. Rupanya ibu saya senang berkoleksi. Dulu koleksi ibu saya, berkondisi apa adanya. Namun masih dalam kondisi bagus. Kalau menurut istilah numismatik kondisi F (Fine) dan XF (Extra Fine). Atau dalam istilah awam, cukup bagus dan bagus. Waktu itu dalam pandangan saya, harga uang lama pasti mahal.

Namun setelah menjadi anggota Perhimpunan Penggemar Koleksi Mata Uang (PPKMU) mulai 1986, ternyata tidak semua uang lama itu mahal. Harganya pun tergantung kondisi atau grade. Grade yang paling dicari kolektor atau numismatis adalah Unc (Uncirculated). Sekadar gambaran, kondisi uang dengan grade Unc identik dengan gepokan baru dari Bank Indonesia. Uang seperti itu belum pernah dipakai bertransaksi.

Koleksi saya boleh dibilang biasa saja. Saya berkoleksi seadanya disesuaikan isi kantong. Dulu saya sering menghadiri acara lelang PPKMU. Sering kali dapat koleksi dengan harga murah dengan kondisi Unc. Yang kondisi Unc itu saya masukkan ke dalam album, untuk menggantikan koleksi sejenis yang berkondisi di bawah Unc.

Karena sering ikut lelang, tanpa sadar banyak koleksi dobel. Koleksi yang dobel inilah yang saya jual. Saya pernah punya beberapa lembar uang kertas seri Hewan Rp5, Rp50, dan Rp100.  Karena kondisi bagus, terjual 3 digit. Kalau tidak salah Rp300.000 selembar. Memang ada katalogus untuk patokan harga. Tapi saya kurang mempertimbangkan itu. Yang penting buat koleksi si pembeli. Hitung-hitung mengembangkan dunia numismatik di kalangan pemula.

Saat ini masih banyak koleksi dobel. Namun rata-rata berharga 2 digit. Biasanya juga ada yang menghubungi saya mencari uang mahar atau untuk obat, bahkan untuk syarat ritual.

Buku-buku referensi tentang numismatik, filateli, dan batu akik (Dokpri)
Buku-buku referensi tentang numismatik, filateli, dan batu akik (Dokpri)
Filateli

Koleksi filateli saya pun lumayan. Yang terbanyak tentu saja prangko. Ada prangko bekas yang disebut used, ada pula prangko baru atau mint. Saya pernah bertahun-tahun langganan dari Kantor Filateli Jakarta. Selain prangko, koleksi saya berupa SHP (Sampul Hari Pertama) dan Carik Kenangan (Souvenir Sheet).

Prangko-prangko bekas saya dapatkan dari sejumlah kantor. Waktu itu banyak kerabat saya bekerja di bagian administrasi. Nah, saya sering mendapat prangko bekas dari mereka. Saya rendam prangko itu, lalu kelupas prangko dari amplop atau kertas.

Dibandingkan uang lama, harga prangko masih terbilang rendah. Dulu masyarakat menggunakan prangko berharga Rp300, misalnya. Sekarang paling berharga Rp1.500 (prangko bekas) atau Rp3.000 (prangko baru). Saya pernah lihat ada yang menjual 1 album prangko berharga berisi 80 keping seharga Rp150.000.

Kebetulan saya pun senang memasyarakatkan hobi. Sejak 1980-an saya sering menulis masalah numismatik dan filateli di media cetak. Karena itu saya memiliki berbagai referensi tentang numismatik dan filateli.

Koleksi batu akik di antara koleksi buku-buku (Dokpri)
Koleksi batu akik di antara koleksi buku-buku (Dokpri)
Batu akik 

Saya punya sekitar 400 cincin batu akik. Ini warisan ayah saya. Nah, harga cincin seperti ini boleh dibilang 'gelap'. Tidak ada patokan seperti numismatik dan filateli yang memiliki katalogus. Harga cincin tergantung suka sama suka atau negosiasi. Namun cincin ini tidak saya jual. Semoga saya bisa mendirikan 'museum keluarga'.

Hobi lain saya adalah membaca buku-buku astrologi, antara lain Astrologi Barat, Astrologi India, dan Astrologi Tiongkok (Ba Zi dan Zi Wei Dou Shu). Juga buku-buku palmistri, fisiognomi, grafologi, numerologi, dan feng shui. Lalu saya membuat blog tentang hal-hal itu.

Tanpa diduga, blog saya itu mendapat perhatian dari seorang warga Belanda. Ditulislah saya sebagai 'ahli palmistri dari Jakarta' lengkap dengan email saya. Maka banyaklah warga dunia mengirim email kepada saya. Ada yang ingin konsultasi, ada yang ingin kursus, dsb. Akhirnya saya iseng-iseng buka konsultasi tertulis dengan data kelahiran. Ini karena melihat garis tangan dari foto agak sulit. Foto telapak tangan saya gunakan untuk menegaskan atau memperkuat saja.

Hobi ternyata bisa mendatangkan kepuasan batin dan teman, bahkan memperoleh 'uang saku'. Yah, lumayanlah di masa pandemi ini untuk menyambung hidup. Sebagian honorarium konsultasi dan uang penjualan koleksi, saya dedikasikan untuk amal lewat kegiatan KUBU (Kuis Buku) dan GEMAR (Gerakan Menulis Arkeologi).

Hobi bisa bermanfaat sebagai vaksin Covid loh. Yang penting pikiran kita sehat. Sehat dan rezeki lewat hobi, itu tepatnya.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun