Prangko-prangko bekas saya dapatkan dari sejumlah kantor. Waktu itu banyak kerabat saya bekerja di bagian administrasi. Nah, saya sering mendapat prangko bekas dari mereka. Saya rendam prangko itu, lalu kelupas prangko dari amplop atau kertas.
Dibandingkan uang lama, harga prangko masih terbilang rendah. Dulu masyarakat menggunakan prangko berharga Rp300, misalnya. Sekarang paling berharga Rp1.500 (prangko bekas) atau Rp3.000 (prangko baru). Saya pernah lihat ada yang menjual 1 album prangko berharga berisi 80 keping seharga Rp150.000.
Kebetulan saya pun senang memasyarakatkan hobi. Sejak 1980-an saya sering menulis masalah numismatik dan filateli di media cetak. Karena itu saya memiliki berbagai referensi tentang numismatik dan filateli.
Saya punya sekitar 400 cincin batu akik. Ini warisan ayah saya. Nah, harga cincin seperti ini boleh dibilang 'gelap'. Tidak ada patokan seperti numismatik dan filateli yang memiliki katalogus. Harga cincin tergantung suka sama suka atau negosiasi. Namun cincin ini tidak saya jual. Semoga saya bisa mendirikan 'museum keluarga'.
Hobi lain saya adalah membaca buku-buku astrologi, antara lain Astrologi Barat, Astrologi India, dan Astrologi Tiongkok (Ba Zi dan Zi Wei Dou Shu). Juga buku-buku palmistri, fisiognomi, grafologi, numerologi, dan feng shui. Lalu saya membuat blog tentang hal-hal itu.
Tanpa diduga, blog saya itu mendapat perhatian dari seorang warga Belanda. Ditulislah saya sebagai 'ahli palmistri dari Jakarta' lengkap dengan email saya. Maka banyaklah warga dunia mengirim email kepada saya. Ada yang ingin konsultasi, ada yang ingin kursus, dsb. Akhirnya saya iseng-iseng buka konsultasi tertulis dengan data kelahiran. Ini karena melihat garis tangan dari foto agak sulit. Foto telapak tangan saya gunakan untuk menegaskan atau memperkuat saja.
Hobi ternyata bisa mendatangkan kepuasan batin dan teman, bahkan memperoleh 'uang saku'. Yah, lumayanlah di masa pandemi ini untuk menyambung hidup. Sebagian honorarium konsultasi dan uang penjualan koleksi, saya dedikasikan untuk amal lewat kegiatan KUBU (Kuis Buku) dan GEMAR (Gerakan Menulis Arkeologi).
Hobi bisa bermanfaat sebagai vaksin Covid loh. Yang penting pikiran kita sehat. Sehat dan rezeki lewat hobi, itu tepatnya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H