Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perlunya Museum Wabah Covid-19 untuk Memberikan Informasi dan Edukasi kepada Masyarakat

19 Februari 2021   18:45 Diperbarui: 19 Februari 2021   18:57 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, dampak kesengsaraan membuat ilmu pengetahuan berkembang. Sejumlah negara telah menghasilkan vaksin Covid. Di Indonesia sendiri tercipta sejumlah alat bantu tes Covid.

Sebelumnya beberapa wabah pernah dikenal dunia kedokteran. Wabah SARS, MERS, flu burung, dan ebola, pernah melanda dunia. Jauh sebelumnya dikenal flu Spanyol, yang berkembang pada Perang Dunia 1, 1918-1919.

Informasi tentang wabah harus menjadi pelajaran buat generasi sekarang dan generasi mendatang. Untuk itulah kita perlu mendirikan Museum Wabah. Museum memang berfungsi sebagai lembaga pelestarian. Namun tentu saja bisa menjadi pusat informasi sepanjang masa. Selama ini kita sudah memiliki sejumlah Museum Kesehatan. Apakah topik wabah menjadi bagian dari Museum Kesehatan, boleh saja demikian.

Untuk sementara kita sebut saja Museum Wabah. Yang disebut museum tentu saja harus menampilkan koleksi dan informasi (narasi). Sejumlah koleksi yang bisa dipajang di sini antara lain masker. Meskipun banyak jenis dan model masker, cukup dipajang beberapa buah. Narasilah yang nanti memegang peranan. Alat-alat lain yang bisa dipajang antara lain alat pelindung diri dan perlengkapan untuk penderita Covid.

Covid bukanlah tidak bisa disembuhkan. Banyak penderita berhasil sembuh. Dari para penyintas Covid ini, kita akan memperoleh banyak cerita.  Pendirian Museum Wabah perlu mendengarkan masukan dari pakar permuseuman, pakar kesehatan, pakar sejarah, dan pakar-pakar terkait. 

Kita memang agak terlambat dibandingkan sejumlah negara. Mereka telah beraksi terlebih dulu.  Sejumlah museum di Jepang, misalnya, mulai mengumpulkan benda sehari-hari yang wajib dipakai selama pandemi Covid-19 berlangsung. Barang-barang itu antara lain  masker, selebaran berisi himbauan mengenai Covid-19, hingga buku diary atau catatan selama wabah.  Benda-benda tersebut dikumpulkan untuk mengenang pandemi dan mewariskannya kepada generasi selanjutnya. Ide itu muncul tatkala pihak museum sadar tidak punya catatan apa pun mengenai Flu Spanyol (tribunnews.com).

Kota Wuhan, Tiongkok, yang dipandang sebagai sumber Covid-19, malah sudah punya Museum anti-Covid 19. Museum itu dibuka untuk umum sejak 15 Oktober 2020.  Pengunjung yang datang akan mendapatkan gambaran detail dan sesuai urutan peristiwa saat virus itu mulai mewabah. Museum dibangun di gedung yang pernah dipakai sebagai rumah sakit sementara untuk para pasien Covid-19 (antaranews.com/kompas.com). 

Menurut tempo.co, Museum London membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin menyumbangkan barang untuk pameran tentang Covid-19. Wabah korona akan menjadi bagian dalam sejarah dunia di masa depan. Sebab itu, panitia mengajak siapa pun untuk menyumbangkan benda atau produk digital yang menyimpan cerita selama pandemi.

Masih menurut tempo.co, Museum London juga punya koleksi yang terkait penyakit cacar yang terjadi pada 1889-1893 dan epidemi flu pada 1918.     

Tentu kita masih ingat pada 2004 tsunami hebat pernah melanda Aceh. Begitu pun di beberapa negara. Ketika itu banyak berjatuhan korban jiwa. Pada 2009 pemerintah meresmikan Museum Tsunami Aceh. Berarti ada selang waktu lima tahun.

Jelas Museum Wabah sangat perlu untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat. Semoga dipikirkan baik-baik setelah pandemi usai.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun