Agustus 2002, Menteri Agama Said Agil menyuruh orang melakukan penggalian di komplek Prasasti Batutulis, Bogor. Ia meyakini, berdasarkan petunjuk dalam mimpi, di bawah prasasti tersebut tersimpan emas harta karun peninggalan zaman Prabu Siliwangi. Harta yang berlimpah ini dapat digunakan untuk membayar seluruh utang negara. Presiden Megawati, katanya, merestui kegiatan tersebut.
Protes dari berbagai kalangan tidak ditanggapi. Setelah dilakukan penggalian selama dua minggu, kegiatan pun dihentikan.  Hasilnya? Hanya jejak galian tanah sepanjang  5 meter x 1 meter dengan kedalaman 2 meter, tanpa secuil benda pun apalagi emas. Ternyata tidak ada harta karun Prabu Siliwangi atau harta karun Presiden Soekarno di situs itu.
Masalah harta karun kembali muncul di Situs Gunung Padang, Cianjur. Dikatakan, di bawah situs yang ada sekarang, terdapat struktur buatan manusia. Struktur itu berupa bangunan yang konon berisi beberapa gerbong emas. Harta karun itu bisa dipakai untuk melunasi seluruh utang luar negeri Indonesia.
Konon Situs Gunung Padang sudah ada sejak 10.900 SM. Jadi umurnya lebih tua daripada piramida Mesir. Bahkan ada yang mengatakan Gunung Padang merupakan Atlantis yang hilang. Nama Gunung Padang memang mencuat sejak pakar dari Brasil, Prof. Arysio Santos, mengatakan Atlantis itu ada di Nusantara (Sundaland).
Uniknya, yang antusias melakukan penelitian di sini justru bukan kalangan arkeologi. Karenanya, penelitian geologi lah yang dominan, sehingga penelitian ini tidak berwawasan pelestarian. Penelitian Situs Gunung Padang melibatkan kalangan istana.
Presiden SBY juga pernah tertipu kasus blue energy. Ketika itu "seorang pakar" memberikan terobosan dapat memroduksi minyak mentah dari air. Ternyata penemuan tersebut hanya akal-akalan belaka. Ternyata beberapa presiden kita pernah tertipu.*** (dari berbagai sumber)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H