Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Candi Sirih Berbahan Unik, Candi Hindu yang Dipakai 'Sesirih' atau Tirakat

26 Januari 2021   09:02 Diperbarui: 2 Mei 2022   19:05 1298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekskavasi Candi Sirih pada 2019 (Foto: Balai Arkeologi DI Yogyakarta)

Menurut Kepala Balai Arkeologi DI Yogyakarta, Pak Sugeng Riyanto, Candi Sirih terdiri atas satu bangunan utama atau candi induk, tiga bangunan pendamping atau candi perwara, dan paling sedikit terdapat satu pagar yang mengelilingi kompleks candi.

Dalam beberapa kali penelitian, tim arkeologi berhasil menampakkan bagian kaki candi induk, bagian kaki candi perwara, sebagian talud, sebagian halaman, dan tangga masuk ke halaman utama. Berdasarkan data hasil ekskavasi, menurut Pak Sugeng, bentuk Candi Sirih dapat digambarkan seperti berikut:

  • Candi induk menghadap ke arah barat.
  • Di hadapan candi induk terdapat tiga candi perwara menghadap ke timur atau berhadapan dengan candi induk.
  • Denah candi induk berukuran 8 meter x 8 meter.
  • Denah candi perwara berukuran 3 meteran x 3 meteran.
  • Kompleks candi dikelilingi pagar berukuran 32 meter x 32 meter.  

Lingga patok merupakan titik pusat halaman candi yang disebut sebagai 'brahmastana' (Foto: Balai Arkeologi DI Yogyakarta)
Lingga patok merupakan titik pusat halaman candi yang disebut sebagai 'brahmastana' (Foto: Balai Arkeologi DI Yogyakarta)
Mataram Kuno

Karena berbahan relatif lembek, batu tufa tidak mudah diukir. Jadi tidak banyak ornamen dan ukiran pada batu candi. Dulu di bagian tengah candi terdapat sebuah arca. Entah di mana sekarang keberadaan arca itu. Dalam ekskavasi ditemukan sebuah arca kecil yang belum dapat diidentifikasi karena kepala, terutama wajah arca, telah hilang. Hanya ada prabha di bagian belakang kepala yang menunjukkan tokoh dewa.

Ditemukan juga sebuah lingga dari batu andesit. Lingga adalah lambang Dewa Siwa, salah satu dewa tertinggi dalam agama Hindu. Candi Sirih didirikan pada masa Kerajaan Mataram Kuno, yakni abad ke-8 hingga ke-10 Masehi.

Ada banyak hal bisa dipelajari dari Candi Sirih. Candi itu, misalnya, terletak di wilayah yang sepi akan bangunan candi. Maka candi itu bernilai tinggi karena tergolong langka. Selain itu menunjukkan kalau kebudayaan mampu beradaptasi dengan lingkungan.

Pelajaran penting lain adalah kita harus benar-benar menjaga kelestarian warisan masa lampau kita di mana pun berada.***

Rujukan:

  • Berbagai berita media cetak
  • Sugeng Riyanto. Si Putih Candi Sirih. Balai Arkeologi DI Yogyakarta, 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun