Nama HI sudah demikian populer sejak lama. HI merupakan kependekan dari Hotel Indonesia. Hotel itu terletak di jantung Jakarta, yakni di perbatasan Jalan M.H. Thamrin dan Jalan Sudirman. Setiap keramaian selalu berpusat di sini. Misalnya untuk malam peringatan ulang tahun Jakarta 21 Juni dan malam tahun baru 31 Desember.
Berbagai kegiatan kesenian dan kebudayaan juga sering berlangsung di sekitar sini. Bahkan nama Bundaran HI semakin tenar karena dimanfaatkan sebagai lokasi unjuk rasa.
Di depan HI ada sebuah bundaran. Banyak kendaraan berputar melewati Bundaran HI, tergantung dari mana dan mau ke mana. Di dalam bundaran ada kolam berhias dan Patung Selamat Datang. Nama Bundaran HI kemudian dipakai untuk menandai halte bis TransJakarta dan stasiun MRT.
HI menjadi hotel mewah pertama di Jakarta, bahkan Indonesia. Mungkin kalau tidak ada perhelatan olahraga Asian Games IV 1962 dan Ganefo 1963, HI tidak dibangun. Maklum dulu wilayah sekitar Jalan M.H. Thamrin-Sudirman masih berupa rawa yang cukup dalam. Di sana pun masih banyak permukiman liar warga.
Peletakan batu pertama HI dilakukan pada pertengahan 1959 oleh Presiden Sukarno. HI dibangun dari hasil pampasan perang Jepang. Setelah HI dibangun toko serba ada (toserba) Sarinah dan Wisma Nusantara, tidak jauh dari HI.Â
HI dibuka oleh Presiden Sukarno pada 5 Agustus 1962. Ini mengingat Asian Games akan berlangsung pada 24 Agustus hingga 4 September 1962. Pada masa itu bangunan HI tergolong terindah dan termewah. Menjadi hotel bertaraf internasional pertama di Indonesia dengan 436 kamar, setara dengan hotel berbintang lima.
Pada masa pembangunan hotel, Bung Karno sering datang ke sana. Sebagaimana kita tahu, citra seni Bung Karno sangat tinggi. Apalagi beliau pernah mendapat pendidikan insinyur. Bongkar pasang sering terjadi karena ketidakpuasan Bung Karno. Kolam renang HI dibongkar sampai 17 kali, begitu tulis Arifin Pasaribu dalam buku Hotel Indonesia (Gramedia Pustaka Utama, 2014).
Pada 1970-an saya pernah sekali menonton bioskop di Bali Room. Dulu nama Bali Room begitu mentereng. Begitu juga nama Ramayana Room. Seingat saya ada relief berukir tentang kisah Ramayana.
Sekitar 1985 saya pernah menginap sehari di HI. Ketika itu ada acara Rakornas Universitas Terbuka. Sehari kemudian saya pindah ke Hotel Wisata Internasional, persis di belakang HI. Hotel Wisata masih satu manajemen dengan HI.