Selain tanda tangan, identifikasi manusia yang paling akurat adalah sidik jari. Sejak kelahiran hingga kematian, bentuk sidik jari tidak pernah berubah. Karena itu sidik jari sering dipakai untuk mendukung tanda tangan. Tentu saja untuk keamanan tambahan, sekaligus identifikasi diri kita jika sewaktu-waktu diperlukan.
Saya sendiri pernah menempelkan sidik jari di atas pasfoto pada ijazah SD sampai SMA. Ketika itu diperlukan tiga jari, yakni telunjuk, jari tengah, dan jari manis tangan kiri. Setelah lulus SMA saya pernah membuat Surat Keterangan Kelakuan Baik di kantor kepolisian. Sepuluh sidik jari dibubuhkan pada selembar kertas.
Ketika membuat KTP elektronik, saya pun membubuhkan sidik jari pada sebuah alat. Begitu pun ketika membuka rekening tabungan di bank.
Dulu sidik jari menjadi pengganti tanda tangan. Maklum ketika itu banyak masyarakat masih buta huruf. Yang dipakai cukup sidik jari jempol tangan kiri. Maka dikenal istilah cap jempol.
Sidik jari setiap manusia tidak sama, itulah keunikannya. Maka sidik jari dipakai sebagai alat identifikasi. Coba perhatikan kalau ada perbuatan kriminal seperti perampokan atau pembunuhan, petugas kepolisian selalu melacak jejak sidik jari. Jika ditemukan, petugas akan menghubungi pusat data. Sidik jari pun bisa dipakai untuk melihat potensi diri seseorang. Â Â
Ada pengetahuan yang mempelajari sidik jari. Gambaran awal bisa dilihat lewat pengetahuan daktiloskopi, yakni gambaran rigi-rigi kulit pada jari-jemari tangan. Kemudian diperluas menjadi dermatoglifi, yakni ilmu yang mempelajari rigi-rigi yang terdapat pada permukaan ujung jari-jemari dan telapak tangan, serta ujung jari-jemari kaki dan telapak kaki anggota ordo Primates atau primata.
Sebagai ramalan nasib, pakar palmistri juga sering menggunakan dermatogifli. Mereka mengaitkan dengan bakat, rezeki, dsb.
Dermatoglifi berasal dari Bahasa Yunani, derma (kulit)  dan  glyphe (mengukir). Menurut Pak Rusyad Adi Suriyanto, di sini mengacu pada formasi garis-garis pola yang muncul pada jari-jemari dan telapak tangan/kaki. Istilah itu dipopulerkan oleh Dr. Harold Cummins, yang dianggap sebagai bapak analisis sidik jari Amerika.  Â
"Dermatoglifi bersifat unik dan spesifik pada setiap individu. Sidik jari-jemari di tangan kanan tidak akan sama dengan yang di sisi kiri, juga bersifat sangat stabil dan tidak berubah sepanjang hidup kecuali jika terjadi kerusakan yang sangat parah sampai lapisan sub-dermis seperti luka bakar, penyakit kulit, dan kerusakan jaringan lainnya," demikian Pak Rusyad.
Dalam kedokteran, dermatoglifi dapat digunakan sebagai piranti untuk mendeteksi sejumlah penyakit yang memiliki dasar pewarisan dan abnormalitas. Bahkan ada penelitian tentang  bagaimana sidik jari-jemari tangan orang yang nyolongan atau suka berbuat kriminal, bagaimana pola sidik jari-jemari dan tangan para jenius, bagaimana pola itu pada seniman, dst.  Dermatoglifi juga digunakan dalam kedokteran forensik untuk mengidentifikasi individu dalam konteks forensik.  Â