Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mungkinkah Kedatuan Cina Leluhur Orang Bugis?

19 November 2020   16:47 Diperbarui: 19 November 2020   16:59 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Naskah I La Galigo (Sumber: Universiteitleiden.nl/seleb.tempo.co)

Arkeologi sering kali diidentikkan dengan penelitian lapangan atau ekskavasi (penggalian). Namun pada tahun ini kegiatan demikian dikurangi bahkan ditiadakan. Maklum pandemi Covid masih belum mau beranjak dari bumi kita. Sebagai gantinya para peneliti melakukan kajian kepustakaan atau desk study.

Begitu pula yang dilakukan Balai Arkeologi Sulawesi Selatan. Kamis, 19 November 2020 pagi, hasil desk study itu didiskusikan dalam acara webinar bertajuk "Peradaban Danau Tempe dan Sekitarnya: Study Lanskap Berdasarkan Peta dan Distribusi Ruang Hunian". Pemaparan hasil penelitian dilakukan oleh Pak Syahruddin Mansyur (Balai Arkeologi Sulsel) dengan penanggap Pak Pawennari Hijjang (Antropologi Unhas) dan Pak Budianto Hakim (Balai Arkeologi Sulsel).

Moderator pada acara itu adalah Pak Yadi Mulyadi, dosen Arkeologi Unhas yang juga Ketua IAAI Komda Sulampapua. Acara pembukaan diisi pengantar dari Kepala Balai Arkeologi Sulsel Pak Irfan Mahmud dan sambutan Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Pak I Made Geria.

Situs ceruk Lakuba (Sumber: balar-sulsel.kemdikbud.go.id)
Situs ceruk Lakuba (Sumber: balar-sulsel.kemdikbud.go.id)
Danau Tempe

Menurut Pak Syahruddin, penelitian desk study ini berangkat dari rancangan penelitian arkeologi (lapangan) yang bertujuan untuk mengungkap interaksi manusia dengan lanskap dalam hubungannya dengan perkembangan pertanian awal di Sulawesi Selatan.

Danau Tempe yang merupakan danau tektonik mencakup tiga wilayah administratif di Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Wajo, Kabupaten Sidenreng Rappang, dan Kabupaten Soppeng. Di sekitar Danau Tempe telah terbentuk peradaban sejak lama.  

Dalam kajian ini tim peneliti menggunakan sejumlah sumber data, yakni data geologi Danau Tempe, Naskah  I La Galigo, Naskah Lontara', Peta Kuno Abad ke-17 dan ke-18, Peta Modern Abad ke-20, dan Hasil-hasil Penelitian Arkeologi.

Menurut data geologi, Danau Tempe terbentuk pada kala Holosen. Tarikhnya sekitar 10.000 tahun lalu. Beberapa anak sungai bermuara ke Danau Tempe. Sebagian Danau Tempe dikelilingi oleh jajaran perbukitan.

Pak Syahruddin mengatakan berdasarkan naskah I La Galigo, Pelras (2006) merekonstruksi bahwa ada penyebutan saluran yang memisahkan wilayah pegunungan (Enrekang-Toraja dan Soppeng). Selain itu Manuel Pinto pada 1548 menyebut keberadaan perahu-perahu layar di Danau Sidenreng yang dapat berlayar ke Teluk Bone. Danau Sidenreng seperti danau kembar dengan Danau Tempe.

Rekonstruksi Pelras tentang saluran yang menghubungkan Teluk Bone dengan Selat Makassar (Sumber: makalah Pak Syahruddin)
Rekonstruksi Pelras tentang saluran yang menghubungkan Teluk Bone dengan Selat Makassar (Sumber: makalah Pak Syahruddin)
Megalitik

Saat ini Kabupaten Wajo diketahui memiliki temuan-temuan arkeologi dari masa Islam. Namun dari hasil penelitian, sebagaimana disebutkan oleh Jurnal Kapata, ada situs-situs megalitik di Cilellang, Tobattang dan Allangkanange yang berkembang sejak abad ke-13 hingga abad ke-15 Masehi di wilayah sebelah tenggara Danau Tempe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun