Museum Olahraga Nasional yang berlokasi di TMII telah berbagi ke banyak pihak di masa pandemi Covid ini. Sejak Maret memang banyak pihak terdampak pandemi. Banyak orang kesulitan mendapatkan penghasilan karena segala kegiatan dibatasi.Â
Bahkan sampai ada yang terkena PHK. Pembagian masker dan APD juga dilakukan kepada unit kerja di TMII. Demikian dikatakan Kepala Museum Olahraga Nasional Ibu Een Ermawati dalam webinar bertopik "Songsong Masa Depan Museum Indonesia Pasca Pandemi Covid-19", Selasa, 20 Oktober 2020.
Kegiatan tersebut diselenggarakan dalam rangkaian Hari Museum Indonesia 12 Oktober, yang akan berakhir pada 10 November 2020. Tema Hari Museum Indonesia 2020 adalah "Museum dan Solidaritas".
Pemerintah hadir
Sebagai pembina museum, pemerintah telah hadir, meskipun masih terbatas. Menurut Direktur Pembinaan Lembaga dan Tenaga Kebudayaan (PTLK) Kemendikbud, Pak Judi Wahjudin, untuk tahap pertama ini sekitar 10.000 masyarakat telah mendapat Apresiasi Pekerja Budaya (APB) sebesar Rp 1 juta. Para pekerja budaya ini memang terkena dampak. Mereka tidak bisa mencari nafkah di tengah keramaian karena terkendala protokol kesehatan.
Selain kepada individu, Kemendikbud juga memberikan DAK atau Dana Alokasi Khusus untuk sejumlah museum yang telah terverifikasi. Sementara ini baru kepada museum-museum pemerintah tingkat provinsi, kota, dan kabupaten. DAK diberikan untuk kegiatan nonfisik, seperti pengelolaan koleksi museum, program publik, dan pemeliharaan sarana/prasarana.
"Kalau vitrin rusak atau pecah atau kunci pintu rusak, itu boleh menggunakan DAK," kata Pak Judi memberi contoh. Lebih dari 103 milyar dianggarkan untuk 113 museum. Bantuan lain berupa fasilitasi bidang kebudayaan untuk perorangan dan komunitas.
Pak Judi mengharapkan nantinya ada pendampingan dari Asosiasi Museum Indonesia (AMI) kepada perorangan atau komunitas. Soalnya selama ini mereka masih lemah dalam pembuatan proposal.
Menurut Ketua Asosiasi Museum DKI Jakarta "Paramita Jaya", Pak Yiyok T. Herlambang, selama ini ada beberapa stakeholders terkait permuseuman. Setiap stakeholder memiliki peran, yakni akademisi sebagai konseptor, media sebagai katalisator, pemerintah sebagai regulator, swasta sebagai mitra bisnis atau pemberi CSR, dan komunitas sebagai mitra atau sahabat museum.
Selanjutnya menurut Pak Yiyok, pihaknya juga telah memberi pendampingan untuk penyusunan Standar Penyusunan Operasional yang dikenal sebagai SOP kepada sejumlah museum.
Sejak pandemi banyak museum swasta yang kurang kuat menghentikan atau mengurangi aktivitas. Maklum, biaya operasional mereka tergantung dari karcis masuk. Bahkan sejumlah museum sudah melakukan PHK terhadap para karyawan.