Pekerjaan arkeologi yang khas disebut ekskavasi atau penggalian arkeologis. Lewat kegiatan ini sering kali para arkeolog menemukan tinggalan-tinggalan masa lalu yang disebut artefak. Artefak masa lalu itu didokumentasikan, dianalisis, dan pada bagian akhir dipublikasikan.
Memasyarakatkan hasil penelitian arkeologi, begitu istilahnya. Benda-benda hasil temuan yang bisa dipindahkan kemudian disimpan dalam museum. Sementara yang berbentuk besar seperti candi, dibiarkan di tempat aslinya. Informasi hasil penelitian arkeologi juga dibuat dalam bentuk tulisan, misalnya di jurnal atau koran/majalah. Bahkan pada era digital ini, dipublikasikan dalam website (laman), media sosial, dan kanal berbagi video Youtube.
Sejak beberapa tahun lalu, beberapa instansi arkeologi mulai memasyarakatkan hasil penelitian arkeologi lewat publikasi cetak. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) dan Balai Arkeologi (Balar) membuat Rumah Peradaban sekaligus menerbitkan buku pengayaan, antara lain dalam bentuk komik.
Baru pertama kali hasil penelitian arkeologi dibuat dalam bentuk animasi. Selasa, 20 Oktober 2020, Balar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meluncurkan film animasi bertajuk "Petualangan Arcil di Bumiayu Purba" lewat daring. Kegiatan dihadiri oleh Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Pak I Made Geria; Kepala Balai Arkeologi DIY, Pak Sugeng Riyanto; peneliti situs Bumiayu purba Prof. (Ris) Harry Widianto; dan beberapa kepala Balar serta UPT di DIY.
Menurut Pak Sugeng, animasi dibuat dengan alam pikiran anak-anak tingkat SD. Sementara menurut Pak Geria, animasi membuat bahasa ruwet menjadi ringan, terutama dalam bentuk virtual. "Semoga anak-anak bisa memahami potensi daerahnya yang memiliki kepurbakalaan," kata Pak Geria.
Arcil merupakan singkatan Arkeologi Cilik. Dalam film animasi itu Arcil melihat bagaimana manusia purba Homo erectus membuat kapak genggam dengan batu kali yang dipukul-pukul.
Setelah tajam, kapak genggam itu digunakan untuk berburu hewan. Ada 4 hewan yang menjadi 'bintang', yakni kura-kura, kuda air, rusa, dan mastodon (gajah purba).
Menurut Pak Samuel Gandang dari ISI, animasi adalah sebuah seni dan metode untuk memanipulasi "obyek" agar tampak bergerak.
Animasi penting karena memampukan untuk bercerita, mudah dimengerti oleh semua kalangan (anak-anak dan dewasa), dapat menjelaskan sesuatu/peristiwa/fenomena yang tidak mungkin dijelaskan media lain (film), dan mengomunikasikan emosi dan ide dengan cara yang unik.
Bumiayu di Jawa Tengah menjadi pusat perhatian karena di wilayah ini pernah ditemukan fosil manusia yang lebih tua dari fosil Sangiran. Sekitar dua juta tahun lalu daerah Bumiayu sudah terangkat sebagai daratan.
Hal ini dibuktikan oleh temuan gajah purba yang berdasarkan biostratigrafi diperkirakan dari Pliosen Atas, sekitar dua juta tahun yang lalu. Temuan fauna lain yang lebih muda adalah kuda air, kura-kura raksasa, kijang, banteng, dan kerbau. Demikian kata Pak Harry.
Lihat [di sini].
Selain fosil, pada 2004 ditemukan kapak penetak. Kapak ini terbuat dari koral. Adanya kapak jelas menandakan, benda itu dibuat oleh manusia.Â
Selain lewat laman arkeologijawa.kemdikbud.go.id, film animasi dan informasi kearkeologian lain bisa ditemukan di kanal Youtube. Tulis saja "balai arkeologi yogyakarta", maka kita akan menemukan sejumlah tayangan yang bisa dipilih atau dinikmati satu per satu.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H