Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencari Pusat Peradaban Kerajaan Sriwijaya di Lahan Basah

18 September 2020   16:09 Diperbarui: 18 September 2020   16:14 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain lahan kering, manusia ternyata juga mengekploitasi lahan basah sebagai tempat tinggal. Situs Cengal di Kabupaten Ogan Komering Ilir adalah salah satu contoh. Demikian Pak Junus.

"Dari situs ini ditemukan banyak tinggalan arkeologi berusia tua, setidaknya sejak abad ke-9 hingga ke-12. Penghuni situs ini mampu beradaptasi dengan lingkungan air dan membangun permukiman dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia selama berabad-abad. Lingkungan hutan air tawar yang mengelilinginya kini berubah menjadi lahan terbuka karena dimanfaatkan untuk lahan perkebunan," kata Pak Junus.

Dua tipe hunian penduduk (Foto diambil dari makalah Pak Junus)
Dua tipe hunian penduduk (Foto diambil dari makalah Pak Junus)
Pemda

Seorang peserta webinar menyarankan Balai Arkeologi Sumatera Selatan menyampaikan hasil-hasil penelitian ke pemda masing-masing sehingga bisa ditetapkan sebagai zona kearifan lokal dan lindung spiritual. Penelitian lahan basah memang baru terbatas pada dua provinsi, yakni Sumatera Selatan dan Jambi. Biasanya pemda kesulitan dalam menetapkan zona tersebut karena tidak memiliki dasar-dasar justifikasi atau hasil penelitian yang tervalidasi.

Pemkab Musi Banyuasin memang sudah menanggapi hasil temuan di daerah Situs Karangagung dan Purwoagung. Bahkan wakil bupati sudah ke lokasi. Namun, pengembangan daerah tersebut terkendala akses.

Penelitian gotong royong dengan melibatkan pemprov/pemkab/pemkot memang diperlukan. Semoga segera terlaksana.***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun