Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Uang Pendudukan Jepang 1942 Masih Berlaku hingga 1946 Meskipun Indonesia Merdeka pada 1945

16 September 2020   14:40 Diperbarui: 16 September 2020   14:45 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah tentara Jepang menguasai Hindia-Belanda, tindakan moneter pertama yang mereka lakukan adalah melikuidasi semua bank asing dan mewajibkan mereka menyerahkan semua aset. 

Likuidasi itu dilaksanakan pada 20 Oktober 1942. Karena itu tugas De Javasche Bank sebagai bank sirkulasi, diganti oleh Nanpo Kaihatsu Ginko atau Perbendaharaan Untuk Kemajuan Wilayah Selatan.

Uang yang diedarkan oleh penguasa militer Jepang sering disebut Japanese Invasion Money (JIM). Ketika itu wilayah taklukan Jepang adalah Burma (kode uang B), Malaya (M), Philippines (P), Kepulauan Pasifik-Oseania (O), dan Hindia-Belanda (S).

Uniknya hanya Hindia-Belanda yang di luar inisial negara. Lalu apa makna S itu? Ada yang berpendapat Sumatra, ada pula yang bilang Southern. Begitu info dari buku Oeang Noesantara, terkarang oleh Uno. Nah, kini tugas peneliti untuk menemukan makna S itu.

Soal uang pendudukan Jepang saya pernah menulis [di sini] dan [di situ].   

Variasi lain nomor seri (Foto: Buku Oeang Noesantara)
Variasi lain nomor seri (Foto: Buku Oeang Noesantara)
Emisi pertama

Uang pendudukan Jepang emisi pertama disebut De Japansche Regeering. Semuanya berupa uang kertas, yakni nominal 1 Cent, 5 Cent, 10 Cent, Gulden, 1 Gulden, 5 Gulden, dan 10 Gulden. 

Ketujuh nominal dicetak oleh Djakarta Insiatsu Kodjo. Pasca-kemerdekaan uang De Japansche Regeering masih berlaku di negara kita. Baru ditarik dari peredaran pada 30 Oktober 1946, saat pertama kali diumumkan berlakunya ORI (Oeang Repoeblik Indonesia). Inilah awal ditetapkannya Hari Keuangan 30 Oktober.

Pada kesempatan ini saya ingin membahas terlebih dulu uang 1 Cent. Uang ini berukuran 45 mm x 95 mm. Berukuran cukup kecil dibandingkan uang pada masa sekarang. 

Uang ini sudah memiliki nomor seri tapi bukan angka melainkan huruf. Para kolektor uang atau numismatis mengidentifikasi ada dua nomor seri berupa dua huruf (SA hingga SZ) dan huruf pecahan (S/AA hingga S/GX). Nominalnya pun cukup kecil karena biasanya nominal kecil berupa uang logam atau koin.

Karena hanya berupa huruf, pasti ada nomor ganda, artinya lebih dari nomor sama. Yang unik, ada pula uang 1 Cent dengan cap tindih Mihon. Harga di pasaran cukup tinggi sehingga sering kali dipalsukan. Demikian info lain dari buku Oeang Noesantara. Buku ini pantas jadi referensi karena ditulis oleh numismatis senior, Uno.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun