Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Untuk Menghormati Tokoh, Perlakukan Uang Kertas dengan Baik

31 Agustus 2020   05:44 Diperbarui: 31 Agustus 2020   05:37 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa tokoh dalam uang kertas (koleksi pribadi)

Pada 1980-an uang kertas Indonesia sering dijuluki 'paling kotor sedunia'. Bayangkan, terutama pada uang nominal kecil, sering ditemukan dalam kondisi kotor, lusuh, sobek, ditempel selotip, dan ada coretan. 

Umumnya uang kotor dan lusuh ditemukan di dalam pasar tradisional, terutama pada pedagang ikan basah. Juga pada kaum nelayan. Memang dimaklumi karena tangan mereka basah.

Sampai kini uang kotor dan lusuh masih saja ditemukan. Entah mengapa masyarakat kita sangat memprihatinkan. Mereka tidak bisa menjaga uang kertas, yang merupakan lambang kedaulatan negara. Sering kali saya merasa risih kalau harus menerima uang kembalian dalam bentuk seperti itu.

Memang ada uang kertas yang dicoret secara khusus berupa tanda tangan tokoh atau pejabat. Hal demikian dirasa wajar karena untuk kepentingan koleksi atau kenangan.

Uang amburadul seperti ini, bahkan lebih jelek, sering ditemukan di masyarakat (koleksi pribadi)
Uang amburadul seperti ini, bahkan lebih jelek, sering ditemukan di masyarakat (koleksi pribadi)
Distapler

Saya juga sering menerima uang kembalian yang sudah ada tanda banyak lipatan. Bahkan sobek dan ada tambalan selotip. Di lain waktu menerima uang kembalian yang ada tanda bekas distapler. 

Belum lagi yang penuh coretan seperti nomor togel. Pokoknya boleh dibilang uang kertas Indonesia dalam kondisi amburadul. Meskipun jarang, saya pernah menemukan uang kertas yang diremas-remas.

Padahal yang saya tahu Bank Indonesia sering melakukan sosialisasi agar masyarakat merawat uang kertas. Slogan mereka 5 J, artinya Jangan distapler, Jangan dilipat-lipat, Jangan kena air, dsb. Namun tetap saja masyarakat melakukan hal yang negatif buat uang kertas.

Biasanya mereka menstapler uang dalam jumlah per 10 lembar. Mungkin untuk upaya lebih mudah menghitung. Tanda bekas stapler pun akan mengurangi harga jual, bila kebetulan nomor seri uang itu bagus. Numismatis atau kolektor uang pasti paham.

Menghormati tokoh

Masyarakat negara maju sudah begitu menghormati uang kertas mereka. Seperti halnya uang kertas Indonesia, pada salah satu sisi terdapat gambar tokoh. 

\Karena itu untuk menghormati tokoh atau pahlawan, mereka memperlakukan uang kertas dengan hati-hati sekali. Mereka enggan melipat, apalagi melipat-lipat uang kertas.

Seharusnya masyarakat Indonesia pun demikian. Kita harus menghormati tokoh yang berjasa buat negara kita.  Perlakukan uang kertas dengan baik.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun