Akurat.co pernah mewartakan, Dr. Andrew 'Bone' Jones menemukan koprolit terbesar yang pernah dikeluarkan oleh manusia sepanjang sejarah dunia. Berkat ia dan tim York Archaeological Trust, warga dunia pada Mei 2016 lalu bisa menyaksikan seonggok tinja purba berukuran 7 inci (17,8 sentimeter).
Didukung oleh peneliti lain, Dr. Andrew mengklaim koprolit temuannya adalah hasil ekresi seseorang dari suku bangsa Viking. Koprolit Viking terbesar tersebut kemudian dijuluki "Lloyds Bank Turd" (Kotorannya Bank Lloyds). Penampakan fosil tinja itu ada di  Museum Jorvik Viking Centre di York, Inggris. Meskipun terkesan menjijikkan, tetapi koprolit tersebut ternyata menyimpan banyak fakta menarik.
Ada lagi George Frandsen, lulusan jurusan ilmu Paleontologi. Karena sangat tergila-gila dengan fosil feses, ia melakukan penggalian koprolit di 15 negara bagian AS. Ia menyumbangkan koleksi 1.277 koprolit untuk dipamerkan di Museum South Florida di Bradenton, Florida. Namanya tercatat dalam rekor Guinness World of Records menjelang akhir 2016 lalu.
Dari ribuan koleksinya, favorit Frandsen adalah "Precious" (Yang Berharga), koprolit dengan berat mencapai 1,92 kg. Precious milik Frandsen diperkirakan berasal dari era Miosen (periode geologi yang berlangsung antara 23,03 hingga 5,332 juta tahun yang lalu). Baca lebih lengkap [DI SINI].
Koprolit Frandsen diketahui berasal dari badan seekor buaya yang diperkirakan mempunyai ukuran panjang sekitar 6 m. Itulah sebabnya Precious tersebut dinobatkan menjadi koprolit terbesar oleh Guinness World of Records.
Menurut pemerhati budaya Nunus Supardi, penelitian terhadap tinja juga pernah dilakukan di Jepang. "Saya menyebutnya Arkeologi WC/Toilet," kata Nunus. Ternyata tinja dari abad ke-8 itu mengandung beberapa virus.
Ahli bio-genetika menyebutnya penelitian arkeologi DNA. Mereka meneliti penyebaran manusia dari DNA. Dari sini para peneliti bisa tahu abad keberapa kira-kira ada sebaran virus mematikan.Â
Tinggalan manusia dan budaya pernah ditemukan di Gua Pawon, Jawa Barat. Secara kronologi, temuan purba tersebut dikategorikan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut (mesolitik). "Kalau dilihat dari temuan ekskavasinya berupa fragmen tulang binatang dan moluska, pasti yang terbaca hanya kegiatan konsumsinya yang berasal dari hewan buruan. Akan tetapi dari analisis kalkulus (plak) di gigi manusia Pawon tersebut, ditemukan juga pati (karbohidrat) dan fiber (serat tumbuhan). Data lain yang cukup menarik lagi adalah gigi manusia Pawon itu tidak ada karies (penyakit gigi), didominasi atrisi (keausan bidang permukaan gigi) karena belum dikenalnya pengolahan makanan yang dikonsumsi saat itu," demikian arkeolog Dr. Lutfi Yondri.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H