Menurut Pak Hanro, pada zaman Mesolitikum di Papua terdapat alat-alat serpih dari pecahan batu yang digunakan untuk pekerjaan yang halus, seperti penggaruk, mata panah, dan tombak. Alat-alat itu ditemukan di Arguni (Teluk Berau). Alat serpih, kata Pak Hanro, masih dikembangkan di pegunungan sampai abad ke-20. Di Teluk Berau juga terdapat lukisan-lukisan dinding gua berwarna merah berupa cap tangan dan kaki.
Pada zaman Neolitikum-Megalitikum ditemukan kapak lonjong dan persegi, pecahan tembikar, bangunan batu, dan menhir kecil. Tinggalan-tinggalan arkeologis itu ditemukan di Teluk Berau, Manokwari, Jayapura, Sorong, dan Doyo. Berikutnya pada zaman Perunggu ditemukan kapak corong, kapak upacara, dan nekara perunggu.
Papua sangat luas. Dari segi geografisnya sangat sulit dicapai. Semoga ada infrastruktur yang memadai sehingga frekuensi penelitian arkeologi dan budaya di sana bisa meningkat.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H