Seorang penggiat budaya Kediri, Novi Bmw, ikut berkomentar. "Dikalkulasi dulu kira-kira butuh berapa rupiah anggarannya, ntar open donasi. Kalau lebih ntar bisa buat program pencungkupan artefak lain. Aq dukung, tp ditata biar gak jumpalitan nanti di belakang hari," demikian komentar Mas Novi.
Seperti halnya Mas Doni, saya juga baru sekali ketemu Mas Novi ketika ia ada acara di Depok.
Sementara ini prasasti tersebut ditutup plastik. Namun ada komentar kalau bisa jangan ditutup plastik karena sifat plastik itu panas. Batu yang terpapar banyak panas, mudah lapuk. Lalu akan menyisakan juga perubahan warna, antara yang tertutup plastik dan yang terpapar matahari langsung.
Komentar lain di FB, untuk sementara bikinkan ae tiang dari bambu, atapnya daun kelapa. Gotong royong sedulur yang tergerak bareng tandang gawe.
Solidaritas komunitas demi pelestarian cagar budaya atau tinggalan purbakala, sudah berlangsung sejak lama. Tanpa bantuan komunitas, pemerintah pasti akan kewalahan. Semoga apa yang dilakukan Komunitas Tapak Jejak Kadhiri dan Komunitas Asta Gayatri di Tulungagung mendapat berkah.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H