Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahasa Indonesia Berasal dari Prasasti Masa Kerajaan Sriwijaya

19 Juli 2020   13:37 Diperbarui: 19 Juli 2020   13:28 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prasasti Kedukan Bukit dari masa Kerajaan Sriwijaya abad ke-7 menggunakan bahasa Melayu Kuno (Foto: Museum Nasional)

Setelah itu, pada Kongres I Pemuda Indonesia 2 Mei 1926 muncul dua pendapat untuk nama bahasa nasional Indonesia. M. Yamin mengusulkan nama Bahasa Melayu, sebagaimana nama asalnya, sedangkan M. Tabrani mengusulkan nama baru untuk bahasa itu yaitu Bahasa Indonesia. Begitu informasi yang saya baca dari Antara.

Buku babon Kamus Besar Bahasa Indonesia (Foto: republika.co.id)
Buku babon Kamus Besar Bahasa Indonesia (Foto: republika.co.id)
Bahasa Indonesia sendiri kemudian sangat kaya raya karena dipengaruhi berbagai bahasa asing. Ini tidak terbantahkan. Justru untuk memperkaya khasanah sejarah kita. Bendera dan jendela, misalnya, berasal dari bahasa Portugis. Loteng dan lonceng berasal dari bahasa Tionghoa. Ini hanya contoh kecil. Belum lagi pengaruh bahasa Arab, Belanda, Inggris, dan sebagainya.

Sebaliknya, hanya sedikit kata-kata Indonesia yang diambil bahasa asing. Sampai sekarang banyak negara mengenal kata bambu dengan bamboo dan orangutan.

Nah, buat generasi muda, mari kita gunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hindari kata-kata asing, seperti kata Ibu Musiana tadi, kalau generasi muda lebih mengenal kata donlod dan posting. Ayo kita ganti ke dalam bahasa Indonesia.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun