Ketika sedang beberes rumah, saya menemukan sebuah kartu kecil. Beberapa tulisan saya amati. Ada BVM, kartu sekolah, pergi, pulang, tanggal, dan nama.Â
Setelah saya amati lebih teliti, ternyata merupakan kartu langganan trem milik tante saya. Rupanya trem itu memiliki jalur Kampung Melayu -- Lapangan Banteng. Lijn 2 atau jalur 2, seperti tertulis pada kartu itu.
Kartu abonemen, begitulah yang pernah saya dengar dari almarhum tante saya. Pada setiap tanggal ada coretan di kolom pergi dan pulang. Ini semacam pemeriksaan karcis oleh petugas. Oh ya pada kartu tertulis R 10, mungkin mengacu pada besarnya biaya kartu bulanan.
Pada kartu tertulis Oktober 1951. Ini menunjukkan kartu itu berlaku pada Oktober 1951. Seingat saya, ketika itu tante saya masih bersekolah di Sekolah Pendidikan Guru Santa Maria, di Jalan Juanda sekarang.
Saya cari tahu lagi soal BVM dan trem. Ternyata pertama kali di Batavia beroperasi trem kuda, trem yang ditarik kuda. Kuda itu menggigit sebatang besi agar trem bisa jalan. Trem itu dioperasikan oleh Bataviasche Tramweg Maatschappij (BTM) mulai 1869. Kalau orang-orang sekarang bilang "zaman kuda gigit besi", tentu berasal dari trem kuda itu.
Pada 1881 BTM berganti nama menjadi Nederlands-Indische Tramweg Maatschappij (NITM). Karena banyak kuda mati kelelahan, maka trem diganti bertenaga lokomotif uap. Layanan trem kuda ditutup pada 1882.
Beberapa tahun kemudian muncul trem listrik dibawah operasi Batavia Elektrische Tram Maatschappij (BETM). Hingga 1920 BETM terus melakukan ekspansi jaringan sehingga berselisih dengan NITM.
Pada 31 Juli 1930 NITM merger dengan BTM membentuk Bataviasche Verkeers Maatschappij (BVM). Hasil dari pembentukan BVM tersebut menggabungkan 1 lijn trem uap, 2 lijn trem listrik, dan 7 rute bus yang dioperasikan NITM dan BETM.
Pada masa itu trem menjadi transportasi masal di Batavia hingga Jakarta. Banyak masyarakat terbantu dengan adanya trem yang memiliki beberapa jalur. Pada 1954 beberapa jalur trem ditutup. Pada 1957 perusahaan trem dinasionalisasi menjadi Pengangkutan Penumpang Jakarta (PPD). Jakarta resmi menghapus trem pada 1962.