Masa pandemi Covid-19 mengubah banyak hal. Para pegawai melakukan WFH atau work from home (bekerja dari rumah). Masyarakat lain yang tidak melakukan aktivitas penting diminta stay at home atau tinggal di rumah. Bidang ekonomi paling terkena dampak. Akibatnya banyak perusahaan melakukan PHK, merumahkan karyawan, atau dampak paling kecil memotong gaji karyawan.
Dampak pandemi tentu saja dialami juga oleh museum. Di Jakarta museum ditutup sejak pertengahan Maret 2020. Buat museum-museum yang memperoleh APBN/APBD tentu tidaklah masalah. Roda kegiatan masih bisa berputar, meskipun dilangsungkan secara daring. Mungkin akan lebih hemat karena dalam kegiatan tatap muka, museum harus memberikan cendera mata dan konsumsi kepada para peserta.
Sayang museum-museum swasta jarang sekali melakukan kegiatan daring. Maklum kehidupan museum tergantung karcis masuk. Namun beberapa museum swasta sesekali melakukan siaran langsung melalui Instagram yang populer disebut IG. IG digandrungi generasi milenial. Namun banyak generasi kolonial pun ikut-ikutan membuat media sosial tersebut.
Sebaliknya banyak museum pemerintah melakukan berbagai kegiatan daring seperti penyuluhan, diskusi, bincang santai, seminar, termasuk virtual tour dan live tour. Untuk virtual tour tentu saja museum harus punya tim kreatif. Virtual tour biasanya berupa rekaman. Beda dengan live tour yang berupa siaran langsung. Bahkan banyak museum sekarang memiliki kanal Youtube sebagai sarana informasi, edukasi, dan promosi.
Lewat virtual tour dan live tour, justru museum yang mendatangi pengunjung. Masyarakat bisa menikmati sudut-sudut gedung museum yang kaya pesona, berbagai koleksi museum, dan kegiatan kreatif di museum. Biasanya live tour diberikan oleh pemandu museum bersangkutan.
Workshop batik dan keramik pernah dan akan diselenggarakan oleh Unit Pengelola Museum Seni yang membawahi Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Tekstil, dan Museum Wayang. Unit Pengelola Museum Kesejarahan dan Unit Pengelola Museum Kebaharian juga mengadakan beberapa acara daring, termasuk live tour. Semua museum yang disebut Unit Pengelola ini berada di bawah Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.
Mulai 8 Juni 2020 semua museum mulai dibuka untuk umum dengan tetap mempertimbangkan protokol kesehatan, termasuk jumlah maksimum pengunjung 50 persen. Dari hasil pemantauan, semua museum masih sepi didatangi pengunjung. Pasti karena masyarakat masih takut akan pandemi.
Biasanya Museum Sejarah Jakarta atau populer disebut Museum Fatahillah ramai didatangi pengunjung. Museum ini berada di Taman Fatahillah, pusat Kotatua Jakarta. Betapa pun museum tetap buka.
Sebaliknya museum-museum yang berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yakni Museum Nasional, Museum Kebangkitan Nasional, Museum Sumpah Pemuda, Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Galeri Nasional Indonesia, Museum Basoeki Abdullah, Museum Kepresidenan Balai Kirti, dan Museum Benteng Vredeburg sedang melakukan persiapan untuk buka secara konvensional. Pembukaan museum tergantung kebijakan kementerian dan daerah, mengingat Museum Kepresidenan berlokasi di Bogor dan Museum Benteng Vredeburg berlokasi di Yogyakarta. Museum lainnya berlokasi di Jakarta. Saat ini sedang simulasi dan adaptasi, setelah sebelumnya periksa kesehatan. Kita harapkan minggu depan bisa dibuka. Begitu pula museum-museum di kawasan Taman Mini. Saat ini masih dalam tahap persiapan buka.