Pada tahun akademi 1981/1982 saya pernah mengikuti mata kuliah Bahasa Jawa Kuno dan Bahasa Sanskerta. Kedua bahasa itu berasal dari rumpun bahasa yang sama. Di Nusantara, Bahasa Sanskerta berpengaruh ke dalam Bahasa Jawa Kuno. Adanya kedua bahasa bisa dilihat dari prasasti-prasasti yang ditemukan di Nusantara.
Prasasti disebut juga batu bersurat. Umumnya berisi informasi tentang sejarah politik kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Nusantara. Maklum saja Bahasa Sanskerta merupakan pengaruh India. Sampai saat ini prasasti tertua berasal dari masa abad ke-5.Â
Kedua bahasa memiliki aksara masing-masing. Ketika pertama kali belajar, tentu saja cukup sulit. Memang ada daftar aksara tapi aksaranya tidak seperti abjad latin yang punya 26. Kedua bahasa memiliki tanda titik atas, titik bawah, dan sebagainya. Kini setelah hampir 40 tahun saya tidak mengutak-atiknya lagi.
Pada 1981 saya mulai menjadi anggota Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV). Di perwakilan KITLV Jakarta saya membeli buku Old Javanese -- English Dictionary karangan P.J. Zoetmulder. Ketika itu saya mulai cari uang saku dengan menulis di media cetak. Nah, honor menulis saya belikan kamus itu.
Sebagai anggota KITLV saya mendapat diskon harga 40%. Lumayan besar. Dulu kantor KITLV di kompleks LIPI Jalan Gatot Subroto. Saya ingat tempatnya seperti garasi mobil. Saya sering ke sana untuk membeli buku.
Karena itulah saya populer di kalangan kantor KITLV. Jaap Erkelens, pimpinan perwakilan KITLV itu, amat mengenal saya. Beberapa kali saya dihadiahi publikasi KITLV. Begitu juga oleh Pak Bambang, yang mengurusi para anggota KITLV.
Beberapa tahun kemudian kamus tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Lahirlah Kamus Jawa Kuna -- Indonesia oleh Gramedia. Kedua buku, baik Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia, cukup membantu. Itulah kamus terlengkap pertama tentang Bahasa Jawa Kuno.
Buku-buku lainnya saya beli di toko buku Bakti milik IKIP Jakarta. Dulu kampus UI dan kampus IKIP bersebelahan. Toko buku Bakti terbilang komplet. Bahkan menjadi toko buku pilihan mahasiswa UI dan IKIP.
Sekarang buku-buku referensi tersebut menjadi memorabilia berharga buat saya. Sekaligus untuk menunjukkan kepada generasi sekarang dan mendatang bahwa saya pernah belajar Bahasa Jawa Kuno dan Bahasa Sanskerta.***