Hari ketiga rangkaian perayaan Hari Museum Indonesia di kawasan Kota Tua Jakarta, Rabu, 9 Oktober 2019, diisi beberapa acara di sejumlah tempat. Di Museum Seni Rupa dan Keramik diselenggarakan workshop "Menulis teks label di museum". Kegiatan diikuti para kurator museum ditambah peminat lain yang mendaftar.
Acara dibuka oleh Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Bapak Fitra Arda. Sebelumnya kata selamat datang disampaikan oleh Kepala Museum Seni Rupa dan Keramik, Ibu Esti Utami. Materi workshop diberikan oleh Ibu Ajeng A. Arainikasih, dosen prodi Arkeologi di FIB UI.
Label koleksi pada dasarnya memberikan informasi tentang sebuah koleksi. Label yang ditulis terlalu panjang, dengan huruf yang kecil, diletakkan terlalu tinggi atau terlalu rendah, diletakkan miring, baik ke kiri maupun ke kanan, atau memantul tentu cukup menyulitkan pengunjung untuk mengetahui informasi. Karena itu ada beberapa aturan untuk menulis label.
Menurut Ibu Ajeng, label yang baik harus singkat, jelas, mudah dibaca, dan to the point. Juga harus didesain dengan menarik dan penampilan tidak monoton.
Label yang baik juga memaparkan cerita atau narasi, menyampaikan pesan, ada judul, dan ada teks pendahuluan. Label yang khas, ditujukan untuk anak-anak. Biasanya informasinya tidak panjang dan dibuat dengan warna-warni semarak.
Seusai tanya jawab, ada praktek pembuatan label. Peserta dibagi ke dalam tiga kelompok. Masing-masing kelompok mendapat satu jenis obat, seperti koyo dan balsem. Nah, itulah bahan latihan sederhana. Selesai membuat label, masing-masing kelompok diwakili satu peserta untuk memaparkan hasilnya untuk saling dikoreksi.
Di tempat lain, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta menyelenggarakan workshop SOP Pengamanan Museum. Bertindak sebagai pembicara Pak Prioyulianto, Pak Kresno Yulianto, dan Pak Ali Akbar. Pengamanan museum jelas penting mengingat koleksi museum merupakan benda berharga.Â
SOP merupakan singkatan dari Standard Operational Procedure atau Standar Prosedur Operasi. Pengamanan museum memang tergantung anggaran masing-masing museum.Â
Museum dengan anggaran kecil cukup dengan gembok. Sementara yang memiliki anggaran besar mempunyai pesawat CCTV.