Masih ingat cerita Si Unyil yang pernah ditayangkan TVRI? Tayangan televisi si Unyil menceritakan kehidupan anak petani di desa. Setiap episode Unyil menyimpan pesan-pesan keberagaman suku dan kebiasaan positif, seperti menabung, menjaga kebersihan, dan pentingnya kejujuran.Â
Unyil juga menepis mitos rakyat, seperti matahari yang dimakan raksasa saat gerhana.
Selain Unyil, dikenal juga Pak Ogah yang berkepala plontos. Pada masa sekarang 'Pak Ogah' hanya istilah untuk penjual jasa di jalan raya yang 'membantu' para sopir untuk memutarkan kendaraan. Pak Ogah dalam cerita dikenal dengan istilah 'cepek dulu dong'. Nama lain yang tidak asing Pak Raden dengan kumisnya yang tebal.
Unyil dan teman-temannya, menjadi salah satu koleksi yang dipajang pada pameran menyambut Hari Museum Indonesia yang jatuh pada 12 Oktober 2019.Â
Koleksi itu milik Museum Penerangan di TMII. Pamerannya sendiri diselenggarakan pada 7-13 Oktober 2019 di Taman Fatahillah, kawasan kota tua Jakarta.
[Lihat pada tulisan berikut di sini]
Pembukaan pameran Hari Museum Indonesia diselenggarakan sore tadi mulai pukul 15.00. Acara dibuka dengan atraksi pencak silat dari perkumpulan Maung Bodas Sukabumi.Â
Selain itu mereka memeragakan teknik bertarung, teknik kekuatan tubuh, dan bermain semacam bola basket yang bolanya mengeluarkan api. Sebelumnya tiga pejabat, Pak Hilmar, Pak Fitra, dan Pak Edy ditandu dari Museum Seni Rupa dan Keramik ke tempat acara.
Acara inti dimulai dengan laporan Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Pak Fitra Arda bahwa di Indonesia terdapat 439 museum.Â
Menurut Pak Fitra, museum tidak saja sebagai ruang tempat melestarikan kebudayaan dan edukasi tetapi sekaligus juga sebagai ruang rekreasi yang menyenangkan (edutainment). Di samping itu museum merupakan ruang publik dalam pemajuan kebudayaan, tempat bertemunya masyarakat dari berbagai latar belakang.