Ketika sedang beberes gudang, saya menemukan secarik karcis lama. Rupanya karcis bis luar kota. Dilihat dari fisiknya, karcis itu dikeluarkan pada 1956 dengan tujuan Bogor. Tarifnya Rp 6. Sementara nama bisnya Rahayu Santosa. Perlu diketahui, pada 1956 kita masih menggunakan ejaan lama.
Keluarga dari ibu saya memang ada beberapa orang yang tinggal di Bogor. Mungkin ini dalam rangka kunjungan silaturahim ke sana.
Stanplas Bogor
Ketika itu keluarga saya tinggal di kawasan Jatinegara, tidak jauh dari stasiun kereta api. Kami cukup berjalan kaki atau kalau bawa barang naik becak. Seingat saya, waktu itu rute bis adalah Jakarta -- Sukabumi.Â
Di Jakarta, mungkin baru ada terminal Lapangan Banteng. Terminal Cililitan masih belum ada. Bentuk bisnya cukup unik. Barang-barang yang cukup besar bisa ditaruh di atap bis. Karena itu di bagian belakang ada tangga, supaya kondektur mudah menaikkan dan menurunkan barang.
Letak stanplas Bogor di pertigaan antara Jalan Matraman Raya menuju stasiun Jatinegara dengan  Matraman Raya menuju terminal Kampung Melayu sekarang. Tidak jauh dari Pasar Jatinegara. Tanya saja kepada masyarakat sekitar situ stanplas Bogor di mana. Pasti banyak orang akan menunjukkan tempatnya.
Nah, sejak terminal Cililitan beroperasi, rute berubah. Semua bis antarkota tidak lagi masuk terminal Lapangan Banteng. Dengan demikian bis Jakarta--Sukabumi tidak lagi berhenti di stanplas Bogor. Pada saat bersamaan beroperasi bis dalam kota Pelita Mas Jaya rute Cililitan--Lapangan Banteng. Waktu duduk di SMP saya selalu naik bis ini.
Meskipun tidak lagi menjadi terminal bayangan, nama stanplas Bogor masih dikenal orang sampai sekarang. Kalau malam, di stanplas Bogor banyak warung tenda menjual makanan. Pindahan dari Hap Liong di dekat jembatan kereta api Matraman. Nama Hap Liong juga legendaris karena merupakan surga kuliner di timur Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H