Museum Kebangkitan Nasional kembali menjadi tempat penyelenggaraan Lokakarya Kepemanduan Museum untuk Masyarakat Umum. Kegiatan itu berlangsung pada Jumat, 19 Juli 2019, merupakan kerja gotong royong dengan Ikatan Pemandu Museum Indonesia (IPMI) dan Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI). Kegiatan diikuti sekitar 30 peserta, yakni pelajar Sekolah Menengah Kejuruan bidang Pariwisata, guru, dan masyarakat umum, termasuk tiga pengusaha travel.
Materi pelajaran berupa teori dan praktek diberikan oleh Pak Suparta, Pak Alex, Mbak Yuli, dan Mas Dhanu. Pak Alex dan Pak Suparta adalah pemandu di Museum Sejarah Jakarta. Mbak Yuli pemandu Museum Kehutanan, sementara Mas Dhanu pemandu Museum Kebangkitan Nasional. Praktek pemanduan mengambil tempat di salah satu ruangan di Museum Kebangkitan Nasional.
Sebelum kegiatan ini, telah dilakukan empat kegiatan serupa. Total sekitar 130 peserta telah mengikuti pendidikan khusus ini. Memang pemandu museum merupakan bidang khusus, berbeda dengan pemandu wisata. Pemandu museum harus mengetahui koleksi dan sejarah tiap-tiap museum. Sebelumnya saya telah menulis kegiatan sebelumnya. Lihat yang ini dan yang itu.
Pak Suparta, Mbak Yuli, dan Pak Alex menguraikan tentang apa yang harus dilakukan seorang pemandu. Misalnya harus memberi salam, memperkenalkan diri, jangan memasukkan tangan ke kantong, jangan berbicara terlalu keras atau terlalu perlahan, jangan menentang pendapat pengunjung, dan banyak lagi.
Menurut Mas Dhanu, pengunjung museum dilarang tiga M, yakni membawa makanan, membawa minuman, dan menyentuh koleksi. Pemanduan dimulai ketika semua anggota rombongan sudah berkumpul. Jika pengunjung sedikit, boleh berbicara langsung tanpa pengeras suara. Kalau memakai pengeras suara, usahakan jangan diarahkan ke lemari pajangan. Soalnya, kemungkinan akan mengeluarkan getaran sehingga alarm akan berbunyi.
"Usahakan jangan terlalu kaku ketika berhadapan dengan pengunjung. Untuk menghidupkan suasana kita sesekali boleh becanda ketika memberi penjelasan," kata Pak Alex sambil mengeluarkan suara seperti dalang sehingga membuat ketawa para peserta.
Jangan memakai sandal, jangan memasukkan tangan ke dalam saku ketika memandu, jangan bercakap-cakap dengan teman pemandu yang kebetulan lewat, jangan menerima telepon dalam waktu lama, juga diungkapkan para pemateri.
Seperti biasa, praktek pemanduan dipimpin Mas Dhanu. Sebelumnya Mas Dhanu mengatakan sebagai pemandu kita tidak boleh bilang kata 'oke' atau menunjuk pengunjung yang tidak mendengarkan. "Sebaiknya dengan kata 'baiklah'. Sebagai pengganti telunjuk, kita cukup bilang 'mohon bantuan bapak/ibu yang berbaju merah'," kata Mas Dhanu memberi contoh.