Lemari pakaian
Di antara perabot jati itu ada lemari pakaian. Ketika diangkut dan diturunkan dari truk, butuh enam orang. Betapa beratnya lemari jati itu.
Lemari ini berusia cukup tua. Itu hadiah dari kakak ipar ayah saya ketika ayah dan ibu melangsungkan pernikahan. Masih ada kuitansi di dalam lemari. Tertulis pada kuitansi itu, "Lemari kaca 2 pintu tempat pakean  dan 1 meja toilet kaca bunder dan bangkunya".Â
Barang tersebut dibeli dari Toko Ho Beng Tok yang beralamat di Jalan Gajah Mada 38, Jakarta. Harga perabotan itu Rp5.000 sesuai kuitansi bertanggal 27 April 1957. Jadi saat ini sudah berusia 62 tahun. Entah sekarang toko itu berubah menjadi apa.
Ciri khas adanya kotak-kotak mewarnai perabotan jati itu. Saat ini kondisi sudah kusam karena belum pernah sekalipun dipelitur ulang. Semoga kalau ada budget saya bisa membuat perabotan tersebut menjadi ciamik.Â
Terus terang, saya lebih suka pelitur dengan cara manual menggunakan spiritus dan sirlak daripada cara semprot. Sepertinya warna dengan teknik bal-balan lebih alami karena garis-garis kayunya jelas terlihat. Semoga juga saya mampu memperbaiki rumah yang ambrol dan membawa kembali semua perabotan jati ke sana.
Kokoh
Wah lemarinya kokoh, buatan Klender aja kalah nih. Begitu kata beberapa orang yang pernah melihat lemari tersebut. Dalam perjalanan waktu, beberapa pegangan pintu atau laci telah pecah. Maklum terbuat dari plastik. Semoga pegangan seperti itu masih mudah dicari.
Karena bertumpuk di rumah mertua, saya tempatkan apa saja di dalam lemari dan laci itu. Letaknya pun masih berdempet-dempet dengan beberapa lemari lain. Ruangan menjadi porak-poranda karena kehadiran perabot jati.
Meskipun saya sering bebenah, susah menggeser barang-barang berat itu. Entah sampai kapan rumah yang seperti kapal pecah itu, bisa tertata dengan baik.