Mang Ukat membawa setumpuk daun singkong yang masih segar. Ukurannya cukup besar dan batangnya berwarna merah. Menandakan suburnya tanaman singkong jika ditanam di tempat tersebut. Daun itu bukan untuk dimasak atau dimakan, tetapi untuk membuat wayang.
Hari itu, Minggu, 23 Desember 2018 Mang Ukat meluangkan waktu untuk memberi pelatihan singkat kepada anak-anak muda yang tergabung dalam Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI). Mang Ukat boleh dibilang sesepuh di kampung budaya Sindangbarang, Bogor.
Daun-daun singkong itu dijemur terlebih dulu. Digeletakkan saja di halaman. Kata Mang Ukat, supaya kalau ditekuk tidak patah. Batang yang sudah dijemur memang agak lemas, jadi mudah ditekuk.
Mang Ukat merontokkan sebagian dedaunan. Sebagian lagi dibiarkan. Jadi sekarang ada dua jenis: batang dan batang berdaun. Mang Ukat pun mulai beraksi. "Pertama begini," katanya memberi contoh, "Ditekuk ke samping, ke atas, dan ke bawah". Mang Ukat cekatan sekali. Namun yang diajarkan selalu bertanya. Kadang salah tekuk, kadang salah arah.
Setelah beberapa saat, jadilah wayang daun. "Sekarang kita bikin bagian badannya," kata Mang Ukat. Dalam beberapa saat bagian badan sudah rampung. "Sekarang bagian wajah yang kita buat tadi, dijadikan satu dengan yang ini," kata Mang Ukat sambil melilitkan tali rafia. Terakhir Mang Ukat mengambil dua batang untuk membuat bagian tangan. "Nah sekarang sudah jadi, inilah Arjuna," katanya.
Wayang daun singkong bukanlah untuk pertunjukan. Dulu dibuat oleh anak-anak gembala ketika sedang beristirahat di pinggir sawah. Sering kali dipakai untuk hiasan di depan rumah. Daya tahannya memang tidak begitu lama. Tapi cukup mengundang hiburan buat masyarakat pedesaan.
Cukup banyak daun singkong yang digunakan. Namun kata Mang Ukat, pohonnya cepat tumbuh lagi karena tanahnya subur. Biasanya pelatihan membuat wayang daun disukai para pengunjung dari luar, terutama pada Sabtu dan Minggu saat ramai kunjungan.
Dalam kunjungan ke kampung budaya Sindangbarang memang ada paket. Terutama tentang kesenian dan permainan tradisional Sunda. Ada beberapa permainan yang tidak perlu dibuat tetapi sudah tersedia di sana. Yang agak mudah adalah panahan. Tersedia beberapa busur dan anak panahnya. Tentu saja sudah dimodifikasi sehingga tidak tajam.