Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hang Tuah Naik Haji, Fiktif atau Nyata?

3 Desember 2018   20:33 Diperbarui: 4 Desember 2018   02:55 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filolog Aditia Gunawan, pemandu diskusi (Dokpri)

Membaca namanya jelas bukan nama Indonesia. Namun mendengar namanya, para ilmuwan, terutama yang bergelut di bidang pernaskahan, pasti mengenalnya. Henri Chambert-Loir, pria Prancis kelahiran 1945 ini, dikenal sebagai filolog Islam. Ia telah menulis banyak buku tentang naskah Nusantara.

Mumpung di Jakarta, ia 'ditodong' memberikan pengetahuan kepada para peminat naskah di Perpustakaan Nasional dalam tajuk diskusi bulanan Manassa.

Manassa singkatan dari Masyarakat Pernaskahan Nusantara, yang diketuai Dr. Munawar Holil. Kang Mumu, demikian panggilan akrabnya, hadir pada kesempatan itu. Begitu juga Aditia Gunawan, filolog dari Perpustakaan Nasional.

Hang Tuah Naik Haji, begitulah materi yang dibawakan Henri.Tentu saja dalam bahasa Indonesia. Ia fasih sekali.

Menurut Henri, Hikayat Hang Tuah dikarang di Johor pada akhir abad ke-17. Proses kepengarangannya tidak diketahui, barangkali saja terjadi bertahap-tahap.

Hikayat tersebut adalah sebuah epos yang ditulis berdasarkan peristiwa-peristiwa sejarah serta aneka legenda yang terkait dengan kota Malaka pada abad ke-15. 

"Hikayat itu menyatukan dalam dirinya seorang tokoh tunggal berbagai perbuatan istimewa yang dilakukan oleh beberapa tokoh berlainan dalam Sulalat al-Salatin (Sejarah Melayu) serta juga macam-macam kelakuan dan petualangan yang berasal dari dongeng-dongeng semasa," demikian Henri.

Henri Chambert-Loir (kiri) dan Munawar Holil (kanan)/Dokpri
Henri Chambert-Loir (kiri) dan Munawar Holil (kanan)/Dokpri
Malaysia atau Indonesia

Hikayat Hang Tuah banyak dibahas dan dikomentari oleh sarjana-sarjana Malaysia dan Indonesia, bahkan sarjana asing, serta juga oleh sejumlah besar wartawan dan penulis esei Malaysia. Teks itu telah dianalisis dari segi sastra, sejarah dan politik, malah juga diadaptasi dalam bentuk sastra, cerita bergambar dan file.

Boleh dikatakan Hikayat Hang Tuah adalah salah satu karya sastra Melayu lama yang paling tersohor dan paling sering dibahas. Namun demikian, teks itu belum diteliti seluruh isinya dan segala aspeknya. Salah satu aspek yang kiranya belum pernah disentuh, ialah dimensi agamanya, dalam hal ini tentunya dimensi Islamnya.

Dikisahkan, suatu waktu Sultan Malaka mengutus Hang Tuah ke Rum, yakni Istanbul, untuk membeli meriam-meriam besar. Hang Tuah berlayar bersama Maharaja Setia, yakni Hang Kesturi, serta 16 orang kaya. Hang Tuah singgah di Aceh, lalu di Pulau Dewa (kini Maladewa).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun