Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada Museum di Tengah Laut, Namanya Museum Linggam Cahaya

8 November 2018   21:01 Diperbarui: 8 November 2018   20:59 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang pameran museum (Dokpri)

Koleksi filologika lumayan banyak tersimpan di museum, berupa manuskrip tulisan tangan, mushaf Al-Qur'an, dan beraneka naskah tulisan tangan lain dari masa Kesultanan Melayu hingga pengaruh bangsa asing yang datang ke Lingga.

Koleksi lain berupa koleksi geologika, historika, numismatika/heraldika, seni rupa, dan teknologika.

Ruangan pameran (Dokpri)
Ruangan pameran (Dokpri)
Dua lantai

Museum Linggam Cahaya dibangun dua lantai. Sayang, setiap lantai tidak memiliki ruangan. Jadi dibiarkan terbuka sehingga 'merusak' alur pameran. Perlu ada pembenahan tentunya.

Di lantai atas, terdapat fosil hewan langka yang menurut mitos dikenal sebagai gajah mina. Di dekatnya ada beberapa gramofon, yang salah satunya masih berfungsi. Ada lagi tanda alarm yang masih berbunyi apabila diputar.

Sebagai museum yang jauh dari jangkauan penduduk luar, keberadaan museum ini tentu membanggakan. Maklum semacam museum di tengah laut yang sulit akses. Tempat pelestarian benda-benda budaya kebesaran Lingga ini memang masih perlu dikembangkan. Apalagi Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga ini merupakan sedikit dari dinas yang berdiri sendiri sehingga kegiatan bisa terfokus. Bandingkan dengan daerah-daerah lain yang digabung dengan Pariwisata atau Pendidikan, bahkan dengan Pemuda dan Olahraga. Di dalam kompleks museum masih terdapat tanah kosong cukup luas. Paling tidak bisa untuk storage, ruang transit, atau laboratorium konservasi.

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun