Safari museum ke Madura di hari itu berakhir di Museum Keraton Sumenep. Memang cukup melelahkan setelah sebelumnya saya mengunjungi Museum Cakraningrat di Bangkalan dan Museum Mandhilaras di Pamekasan. Dibandingkan kedua museum sebelumnya, Museum Keraton Sumenep terbilang cukup besar.
Rupanya pengunjung museum itu lumayan banyak, meskipun tidak setiap hari. Saya lihat ada lima pengeras suara berjajar di sana. "Ini untuk memandu rombongan. Ada yang datang dengan dua bis, bahkan ada yang lebih," kata pemandu yang masih berstatus honorer.
Museum Keraton Sumenep menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang ramai dikunjungi wisatawan saat liburan. Menurut Kepala UPT Museum Keraton Sumenep, Muhammad Erfandi, Â saat liburan terutama lebaran, jumlah wisatawan yang memadati museum mencapai 400 orang per hari. Jumlah itu naik empat kali lipat dibandingkan dengan kunjungan wisatawan pada hari biasa yang hanya mencapai 100 orang per hari. "Wisatawan ingin melihat peninggalan sejarah secara langsung karena satu-satunya Museum Keraton di Jawa Timur ya di Sumenep ini," kata Pak Erfan.
Terpampang dalam museum daftar nama raja dan bupati Sumenep. Koleksi yang menarik perhatian berupa kereta kencana yang pernah dipakai Arya Wiraraja. Menurut Pak Erfan, Arya Wiraraja memimpin Sumenep di akhir pemerintahan Kerajaan Singhasari. Ia juga membantu pembentukan Kerajaan Majapahit.
Koleksi kursi tamu ada di bagian depan. Seperangkat mebel juga ada di sini. Selanjutnya ada beberapa guci antik, Al-Qur'an antik, dan kereta kuda hadiah dari Raja Inggris. Selanjutnya saya menuju ruangan lain. Di sana ada lemari antik, lampu gantung, dan keramik. Bahkan ada tempat tidur antik dan perabotan lain hasil berburu ke beberapa desa.
Boleh dibilang di sinilah museum inti, meskipun terletak di luar keraton. Semula bangunan tersebut digunakan untuk memarkir kereta milik keraton.
Ternyata bukan itu saja koleksi Museum Keraton Sumenep. Saya diajak menuju bangunan di seberang jalan untuk melihat Pemandian Putri Taman Sare. Dulu pernah longsor, jadi bangunan itu sudah diplester. Banyak ikan dipelihara di dalam kolam, tapi tidak ada yang berani mengambil. Air kolam sering digunakan para wisatawan untuk cuci muka. Konon, untuk membuat awet muda dan dekat dengan jodoh.
Terus ke bagian dalam ada arca dan yoni dari masa Kerajaan Majapahit. Sayang antara koleksi dengan informasi terletak berjauhan sehingga membingungkan pengunjung. Di dekatnya ada kerangka ikan paus dalam bilik kaca. Â
Beruntung, saya diajak melihat ruang tidur keluarga keraton. Ranjang dan lemari antik untuk zaman sekarang sungguh mengagumkan buatannya. Barang-barang itu berukir di sana-sini.
Museum Keraton Sumenep termasuk museum umum. Pengelolaannya di bawah Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga. Banyak pengunjung sering datang ke sana, terutama saat liburan keagamaan. Mereka tidak saja datang dari Madura, tetapi juga dari luar kota. Bahkan dari mancanegara.