Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tentang Gedung DPR, Bukan Kura-kura tapi Sayap Garuda

28 Agustus 2018   19:15 Diperbarui: 28 Agustus 2018   19:17 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagai koleksi di dalam ruangan museum (Dokumentasi pribadi)

Banyak hal terungkap dari seminar peran Museum DPR-RI dan pameran bertema DPR dalam lintasan sejarah bangsa, yang diselenggarakan di Gedung DPR-RI, 27 dan 28 Agustus 2018. Yang pertama tentang sebutan Gedung Kura-kura. Nama ini memang populer sejak lama. Bentuknya dianggap mirip kura-kura. 

Di bagian dalam pun ada ruangan KK1 dan KK2, yang ternyata singkatan dari kura-kura. Padahal, sebenarnya Gedung DPR itu berujud seperti sayap Garuda. Entah siapa yang pertama menyebut kura-kura, tidaklah diketahui. Seorang peserta, Pak Yusuf Gani Sjaukani bahkan mendapat informasi dari ayahnya, bahwa gedung sejenis mirip dengan gedung di Berlin.

Ketua Umum Asosisasi Museum Indonesia (AMI) Pak Putu Supadma Rudana dalam pengantarnya mendorong peningkatan dan kapasitas Museum DPR-RI karena Museum DPR memiliki peran strategis dalam merekam kejadian di DPR. Katanya, Museum DPR penting untuk keperluan study tour dan wisata. Bahkan museum harus menjadi ikon DPR.

Pak Putu adalah anggota Komisi X yang salah satunya membidangi kebudayaan, termasuk museum. Menurutnya, Museum DPR satu-satunya museum yang secara spesifik merekam setiap kejadian yang ada di DPR. Oleh karena itu harus dapat diakses oleh generasi-generasi sekarang dan mendatang sebagai sarana pendidikan politik. Pak Putu juga berharap daerah-daerah bisa mendirikan museum sejenis, karena kita memiliki ratusan provinsi, kabupaten, dan kota.

Koleksi mesin tik tapi narasinya masih minim (Dokumentasi pribadi)
Koleksi mesin tik tapi narasinya masih minim (Dokumentasi pribadi)
Anggaran kecil

Anggaran museum sangat kecil, begitu terungkap dari staf Setjen DPR. "DPR itu menentukan anggaran. Banyak instansi mendapat anggaran besar. Tapi begitu untuk Museum DPR sangat kecil," katanya disambut sorak peserta.

Menurut Ibu Heriyanti, kekayaan koleksi Museum DPR sangat minim. Padahal, DPR telah mengalami 18 periode. Melalui pameran di museum dapat digambarkan peran wakil rakyat untuk memperjuangkan aspirasi dari masa ke masa, lengkap dengan dokumen dan arsip. Bahkan Gedung DPR pun menjadi gedung bersejarah yang sarat makna, begitu kata Ibu Heriyanti.

Museum DPR, menurut Ibu Heriyanti, sangat penting karena anggota DPR memiliki "keistimewaan" sehingga kinerjanya patut diabadikan dalam sebuah museum.

Berbagai koleksi di dalam ruangan museum (Dokumentasi pribadi)
Berbagai koleksi di dalam ruangan museum (Dokumentasi pribadi)
Museum DPR yang sekarang merupakan hasil revitalisasi pada 2015 oleh tim Museologi UI. Koleksinya meliputi naskah, benda, dan foto. "Kami hanya dikasih waktu tiga bulan jadi kajian untuk mencari informasi belum maksimal," kata Ibu Heriyanti.

Ada hal menarik yang dikemukakan Ibu Heriyanti. Menurutnya, ruang sidang paripurna tempat setiap 16 Agustus Presiden membacakan pidato, pantas diperlihatkan kepada masyarakat. Jadi yang namanya Museum DPR berupa Gedung DPR dan seluruh isinya.

Museum DPR perlu dioptimalkan, begitu kata Ibu Heriyanti lagi. Cara mengoptimalkannya antara lain dengan membuat kuis tentang DPR untuk segala tingkatan usia, simulasi membuat undang-undang, jumpa dengan anggota DPR yang sedang menjadi tokoh, dan menyediakan peralatan khusus sehingga tidak ada distorsi informasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun