"Keramik yang ditemukan di Indonesia adalah keramik sebagai komoditi perdagangan, antara lain hasil barter, pembelian, dan pesanan," demikian Ibu Ekowati. Benda-benda tersebut merupakan peralatan rumah tangga, bekal kubur, pusaka, dan lain-lain. Biasanya berkualitas sedang-sedang saja. Sementara yang berkualitas baik, diduga merupakan hadiah antar penguasa (hubungan politik dan ekonomi).
Masyarakat awam sangat antusias. Tanya jawab di ruang auditorium berlangsung seru. Ada yang bertanya soal keramik Suku Dayak di Kalimantan, keramik yang berubah fungsi, dan lain-lain.
Uraian Ibu Ekowati di ruang pameran soal keramik sebagai pemberat kapal, menarik perhatian peserta.
Menurut Ibu Ekowati, keramik berkualitas rendah biasanya diletakkan di bagian bawah kapal. Ini berfungsi juga sebagai pemberat kapal. Di bagian atas terdapat kamar-kamar yang digunakan para saudagar sutra atau perhiasan. Maklum orang kaya, jadi bisa menyewa kamar khusus.
Kondisi keramik kuno hasil pengangkatan dari kapal tenggelam juga dicermati peserta. Banyak bertanya tentu menandakan keingintahuan yang semakin tinggi tentang keramik. Ada rasa puas dari peserta karena berhasil mendapatkan informasi berharga tentang keramik yang sebelumnya tidak diketahui.
Sebenarnya di Museum Nasional ada lagi ruang keramik, yakni keramik asing dan keramik lokal. Ruangan itu terdapat di Gedung A yang sedang diperbaiki. Lain waktu yah kita belajar dari ruangan itu.*** Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H