Umumnya numismatik hanya dihubungkan dengan koleksi uang kertas dan uang logam (koin). Memang, di seluruh dunia cuma dikenal secara luas uang kertas dan koin. Baru beberapa tahun belakangan ini saja dikenal uang elektronik dan beberapa istilah lain. Termasuk uang elektronik, misalnya kartu kredit.Â
Masyarakat bisa bertransaksi lewat kartu ini. Juga mengacu kepada kartu yang berfungsi sebagai alat pembayaran, seperti yang digunakan untuk tiket TransJakarta dan kereta api.
Selain koleksi yang mempunyai nilai uang di dalamnya, ada pula yang tidak tapi berhubungan dengan uang. Misalnya saja ikatan bundel atau selongsong uang. Selongsong uang biasanya digunakan untuk uang kertas berjumlah 100 lembar.Â
Nilai uang harus seragam jadi gampang menghitungnya. Selongsong bertuliskan Rp200.000 digunakan untuk nominal Rp2.000. Selongsong bertuliskan Rp10.000.000 digunakan untuk nominal  Rp100.000. Begitu seterusnya.
Selongsong uang baru, dalam arti baru keluar dari Bank Indonesia, selalu bertuliskan Bank Indonesia. Nah, setelah beredar di masyarakat lalu masyarakat menabung di sebuah bank, maka selongsong uang bertuliskan nama bank masing-masing. Setiap selongsong memiliki ciri masing-masing sehingga menarik dikoleksi.
Ada lagi koleksi yang berhubungan dengan uang, yakni cek dan slip bank. Cek koleksi saya ini bertuliskan Bank Windu Kentjana, dilihat dari capnya bertahun 1990. Saya dapat cek ini dari kerabat. Sejak lama bank tersebut sudah tutup terdampak krisis moneter 1998. Cek yang tersisa ini berjumlah belasan lembar.
Slip penarikan tabungan bertuliskan Bank Umum Servitia juga saya dapat dari kerabat. Bank ini pun telah tutup karena krisis moneter 1998. Yang ini tersisa lebih banyak. Lumayan buat saling bertukar.
Saya sih bukan kolektor profesional, cuma iseng-iseng saja berkoleksi. Koleksi uang kertas dan uang logam saya cukup banyak, malah ada yang dobel. Namun koleksi-koleksi saya boleh dibilang berharga biasa-biasa saja. Tidak ada yang super mahal. Saya taksir paling mahal Rp2 juta, menurut katalog uang kertas terbaru loh.
Jadi saya kasih Rp10, Rp5, Rp1 (3 lembar). Maharnya disesuaikan tahun 2018. Nah, yang Rp2.000 masih gampang diperoleh. Buat saya berkoleksi tidak ada ruginya. Malah menambah pengetahuan dan kenalan. Bahkan semakin lama akan semakin bernilai investasi. Sejak lama saya berkoleksi apa saja, yang penting kecil dan berkesan. Berkoleksi pernak-pernik numismatik secara luas seperti ini, pasti akan bermanfaat untuk menyusun sejarah perekonomian.***