Pada 1960-an Jakarta belum padat. Kendaraan umum yang ada, masih sedikit. Selain becak, paling-paling oplet. Oplet adalah kendaraan seperti mikrolet sekarang. Namun rangka badan oplet terbuat dari kayu. Di samping sopir ada tempat duduk untuk satu penumpang. Mayoritas penumpang masuk dari bagian belakang. Bemo ada juga di beberapa kawasan. Yah, cara masuk penumpang oplet seperti bemo. Bedanya bemo memiliki tiga roda dan berukuran lebih kecil daripada oplet.
Tempat-tempat wisata atau hiburan pun masih langka. Gedung Gajah, nah itulah tempat wisata yang murah meriah. Pada masa-masa kemudian nama Gedung Gajah berganti Museum Pusat, lalu Museum Nasional.
Pada masa itu mulai populer istilah taman ria. Yang pertama dibangun adalah Taman Ria Senen. Kalau tidak salah berada di lantai 5 atau lantai 6 Proyek Senen. Yang pasti pada bagian tertinggi. Taman Ria Senen diresmikan Gubernur Ali Sadikin pada 27 April 1969.
Ketika itu Proyek Senen merupakan pusat perbelanjaan modern di Jakarta. Saya pernah beberapa kali diajak belanja ke sana oleh ibu saya dan kakek saya. Yang paling saya ingat Toko Babah Gemuk yang menjual peralatan rumah tangga, seperti piring, gelas, dan teko. Entah apakah sekarang masih ada pewaris Toko Babah Gemuk atau tidak.
Soal taman ria, saya pernah beberapa kali ke sana. Ketika itu saya duduk di kelas 4 atau 5 Sekolah Dasar. Tentu saja saya senang bermain di sana. Ada komidi putar dan kincir putar. Ada lagi permainan ketangkasan seperti menjatuhkan tumpukan gelas plastik dan memasukkan bola pingpong ke dalam gelas. Yang paling saya suka adalah permainan mengendarai mobil kecil yang disebut boom boom car.
Juga ada permainan pachinko, yaitu dengan cara menarik tangkai mesin lalu bola-bola kecil meluncur keluar. Besar kecilnya hadiah ditentukan ke mana bola-bola kecil itu. Saya belum tahu pasti sampai kapan Taman Ria Senen bertahan. Kemungkinan setelah peristiwa Malari, 15 Januari 1974, Taman Ria Senen tutup. Ketika terjadi peristiwa Malari, proyek Senen terbakar hebat.
Pada Juni 1969, tidak lama setelah Taman Ria Senen, Gubernur Ali Sadikin meresmikan Taman Ria Monas. Seingat saya memang sebelum ulang tahun Jakarta pada 22 Juni. Berhubung jauh dari rumah, saya jarang sekali ke Monas. Paling-paling setahun sekali ketika diadakan Jakarta Fair atau Pekan Raya Jakarta.
Ketika itu ada kekhawatiran terhadap kenakalan remaja. Maka para ibu yang dikomandani Ibu Tien Suharto berupaya mengalihkan perhatian mereka kepada hal-hal baru dan positif. Taman Ria Remaja diresmikan pada 15 Agustus 1970. Karena terletak di bilangan Senayan, maka namanya lebih dikenal sebagai Taman Ria Senayan. Pergantian nama itu terjadi pada 1995.
Di tempat itu ada berbagai sarana rekreasi, seperti kereta mini, cawan suka ria, komedi ria, dan bus mini. Juga, menurut Ensiklopedia Jakarta, ada tempat pemancingan dan panggung terapung. Pada 1981 kelompok sandiwara tradisional asal Solo, Srimulat, mulai manggung di sana selama beberapa tahun. Srimulat merupakan kesenian bergaya humor.
Pada 1997 pengelola Taman Ria Senayan berubah ke pihak swasta. Disayangkan karena pembangunan di Jakarta begitu pesat, aktivitas bisnis di area Taman Ria Senayan mulai sepi.
Ada rencana kawasan seluas 11 hektar itu menjadi pusat bisnis, hunian, dan hiburan. Namun beberapa pihak menolak karena pembangunan gedung komersial itu berdampingan dengan Gedung DPR/MPR. "Parlemen merupakan gedung monumental. Jadi kurang etis bila disejajarkan dengan mal," begitu kira-kira alasan penolakan.