Menyambut Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) setiap 2 Mei, instansi-instansi di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan kegiatan masing-masing. Ada yang mengisi dengan pameran, obrolan publik, nonton bareng, dan lain-lain.
Museum Kepresidenan RI Balai Kirti membuat suguhan lain, yakni dialog publik bertema Undang-undang Pemajuan Kebudayaan "Bogor sebagai Kota Pusaka". Maklum, Museum Kepresidenan terletak di Kota Bogor, tepatnya di kawasan Istana Presiden. Jadi pembicaraan berkenaan dengan masalah di Kota Bogor.
Kegiatan itu dilaksanakan pada Senin, 23 April 2018. Ada tiga pembicara dalam kegiatan itu, yakni Sekretaris Ditjen Kebudayaan, Sri Hartini, Prof. Dr. Agus Aris Munandar, dan aktivis komunitas Ace Sumantri. Kegiatan diikuti pegawai kelurahan, pegawai kecamatan, komunitas, dan dinas terkait.
Tahun lalu DPR telah mensahkan UURI No. 5 tentang Pemajuan Kebudayaan. Menurut Sri Hartini, pemajuan kebudayaan adalah upaya meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia melalui Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan.
Sementara objek pemajuan kebudayaan meliputi tradisi lisan, manuskrip, adat-istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, dan olahraga tradisional.
"Kita tidak bisa melarang kebudayaan luar masuk ke sini. Yang penting adalah mempertahankan kearifan lokal," kata Sri Hartini. Untuk itu pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan agar pengetahuan kebudayaan masuk muatan lokal.
Sri Hartini juga mengemukakan masalah intoleransi akhir-akhir ini. Hal itu terjadi karena tidak ada saling menghargai, seolah-olah yang paling benar adalah punyaku. Tentang keberagaman, menurut Sri, kita merupakan negeri yang diberi anugerah luar biasa berupa suku, agama, warna kulit, dan sebagainya. Sri berharap nantinya kebudayaan bisa menjadi "driver" sebuah pembangunan.
Untuk itu kabupaten, kota, dan provinsi harus menyusun pokok pikiran di bidang kebudayaan, untuk selanjutnya dibuat Rencana Induk Pembangunan Kebudayaan. Bahkan rencana induk itu akan digunakan untuk pemberian Dana Alokasi Khusus untuk kebudayaan mulai 2019.
Dari segi arkeologi, menurut Prof. Agus Aris Munandar, banyak warisan kebudayaan terdapat di Bogor sejak masa prasejarah, misalnya batu dakon. Bukti tertulis tertua di Bogor selama ini adalah Prasasti Ciaruteun. Situs yang cukup besar, kata Agus, terdapat di Sindangbarang.
Bogor banyak dihubungkan dengan Kerajaan Pakuan-Pajajaran. Juga dengan laporan Bujangga Manik dan naskah kuno Carita Parahiyangan. Bahkan menurut Carita Parahiyangan, Bogor terletak di arah timur laut. Nah, ini merupakan arah terbaik menuju swarloka (dunia atas) atau dunia para dewa.
Ketika ditanya oleh jurnalis tentang banyaknya bangunan kuno milik pribadi yang tidak terawat, Agus mengatakan, memang serba sulit. Kalau dalam satu deret ada sepuluh rumah, tentu kalau pemerintah membeli semua terbentur anggaran. Untuk itu perlu dicari satu yang terbaik, dan itu harus dilestarikan.