Pada 1993 pelukis Basoeki Abdullah dibunuh perampok di rumahnya. Setelah kematiannya, pihak keluarga menyerahkan rumah pribadi tersebut kepada pihak pemerintah.
Kemudian rumah tersebut direnovasi agar dapat difungsikan sebagai museum. Pada 25 September 2001 Museum Basoeki Abdullah diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika. Rumah tinggal Basoeki Abdullah itu bertingkat dua.
Namun koleksi yang berhubungan dengan Basoeki Abdullah semakin lama semakin bertambah. Dengan demikian museum yang ada, tidak mampu menampung koleksi-koleksi itu. Maka kemudian dibangun gedung baru empat lantai di sebelah museum.
Di bagian dalam, antara bangunan lama dan bangunan baru dihubungkan oleh sebuah lorong yang tembus ke masing-masing bangunan. Jadi pengunjung tidak perlu keluar untuk memasuki gedung lainnya.
Dikabarkan lantai 2 gedung lama membal atau melenting bila jumlah pengunjung terlampau banyak. Karena masalah inilah, maka pada Kamis, 12 April 2018, Museum Basoeki Abdullah menyelenggarakan seminar bertajuk "Penguatan Konstruksi pada Bangunan Cagar Budaya sebagai Museum". Tampil sebagai pembicara Wiendu Nuryanti (Pemerhati Kebudayaan), Yuke Ardhiati (Dosen), dan Arief Djoko Budiono (Pemerhati Museum).
Menurut Wiendu, museum harus memiliki kebijakan untuk membatasi jumlah pengunjung dan lama kunjung. Pengelola museum pun harus tahu perilaku pengunjung dan pergerakan pengunjung. Pada bagian lain Wiendu mengatakan, persinggungan bangunan lama dan bangunan baru harus harmonis.
"Boleh saja pengaturan pengunjung masuk dari bangunan baru dan keluar lewat bangunan lama," katanya. Namun ditegaskan, jangan lupa museum menyediakan ruang klimaks yang menampilkan karya maestro atau adikarya.
Langkanya dokumen
Yuke Ardhiati memaparkan contoh Gedung Pola. Sejak lama telah dilakukan kajian terhadap gedung bersejarah ini. Namun penetapan gedung ini sebagai cagar budaya memiliki kendala, yakni langkanya dokumen gambar asli dan foto. Untuk itu perlu penelusuran pustaka dan arsip guna menemukan data orisinal.
Arief Djoko Budiono mengatakan pentingnya menelusuri rumah asli Basoeki Abdullah. Sepengetahuannya, rumah yang sekarang merupakan hasil renovasi. Menurut Djoko, di sekitar kompleks masih tersisa satu bangunan asli era 1960-an. "Perlu keserasian bangunan lama dan bangunan baru, termasuk dengan lingkungan," katanya.