Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemandu Museum, Ujung Tombak Museum yang Harus Mampu Berkomunikasi

5 Desember 2017   06:51 Diperbarui: 5 Desember 2017   17:19 2785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta Lokakarya Pemandu Museum di Taman Fatahillah (Foto-foto: KPBMI)

Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI) bekerja sama dengan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (Dit. PCBM), Senin, 4 Desember 2017 menyelenggarakan Lokakarya Pemandu Museum di Museum Wayang, Jakarta. Tema kegiatan "Pengayaan Pengetahuan tentang Museum dan Publikasi serta Teknik dan Etika Pemandu Museum". Kegiatan ini didukung oleh Asosiasi Museum Indonesia Daerah (AMIDA) Paramita Jaya dan Unit Pengelola Museum Seni.

Kegiatan diikuti 115 peserta dari 45 museum yang ada di Jakarta, Bogor, dan Bandung ditambah beberapa anggota pramuka. Tampil sebagai pembicara Berthold Sinaulan, arkeolog dan jurnalis serta Amat Kusaini Al Alexs, pemandu di Museum Kesejarahan Jakarta. Acara dibuka oleh Judi Wahjudin, Kepala Subdirektorat Program, Evaluasi, dan Dokumentasi di Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. Sebelumnya Ketua Paramita Jaya Yiyok T. Herlambang memberikan pengarahan.

Poster Acara
Poster Acara
Kita adalah wartawan

Menurut Berthold, museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat.  "Mengomunikasikan" inilah yang ditekankan Berthold dalam pembahasannya.

Selanjutnya menurut Berthold, pemandu museum adalah orang yang bertugas memberikan bimbingan, penerangan, dan petunjuk kepada pengunjung museum tentang museum dan isinya. "Pemandu museum adalah garda terdepan yang langsung berhubungan dengan pengunjung museum, sehingga harus memiliki dua kemampuan. Pertama, dapat menciptakan kesan positif sejak pertama kali berhadapan dengan pengunjung. 

Kedua, dapat memberikan kepuasan kepada pengunjung setelah mengikuti tur keliling museum. Untuk itu pemandu museum harus dibekali ilmu atau pengetahuan tentang penampilan, kepribadian, kemampuan berkomunikasi, kepemimpinan, dan dasar-dasar psikologi," kata Berthold.

Dari kiri Berthold Sinaulan (pemateri), Pingkan Margareth (moderator), dan Amat Kusaini Al Alexs (pemateri)
Dari kiri Berthold Sinaulan (pemateri), Pingkan Margareth (moderator), dan Amat Kusaini Al Alexs (pemateri)
Soal komunikasi, menurut Berthold, bisa dilakukan secara lisan, seperti yang dilakukan pemandu museum. Bisa pula secara tertulis. "Pemandu museum sedapat mungkin menguasai komunikasi tertulis, karena 'kita semua adalah wartawan'. Tugasnya membantu mempublikasikan museum kepada khalayak, agar yang belum datang ke museum menjadi tertarik, dan yang sudah datang, akan kembali mengunjungi museum," demikian Berthold.

Saat ini, menurut Berhold lagi, pemandu museum dapat menjadi 'wartawan' di media sosial atau internet. Soalnya, setiap tulisan, foto, atau rekaman suara di internet dapat berkembang dalam hitungan menit. "Publikasikan setiap saat, gunakan semua jaringan media sosial yang ada," tegas Berthold.

Peserta pemanduan (dokpri)
Peserta pemanduan (dokpri)
Pemandu khusus

Menurut Amat Kusaini Al Alexs, yang populer dipanggil Alex, pemandu museum adalah kepemanduan yang bersifat pemandu khusus atau yang sering disebut local guide, karena informasi yang disampaikan hanya mengenai sejarah dan koleksi museum. Pemandu museum, lanjutnya, merupakan ujung tombak dari museum, sehingga pemandu museum dalam pelaksanaannya harus memperhatikan Standardisasi Pelayanan terhadap Pengunjung Museum.

Menurut Alex, dalam teknik memandu ada beberapa hal harus diperhatikan, yaitu pembukaan (mengucapkan salam dan selamat datang), memperkenalkan nama diri pemandu, menceritakan sejarah gedung dan koleksi, 'touring' dalam ruang tata pamer museum, dan penutup. "Alangkah baiknya ditanyakan terlebih dulu kepada ketua rombongan mengenai berapa lama waktu kunjungan dan tingkatan pendidikan pengunjung," kata Alex.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun