Bendera negara kita adalah merah putih. Merah putih adalah imajinasi kebangsaan kita. Manakala tim olahraga kita bertanding dengan negara lain, para pendukung mengibarkan bendera merah putih. Ketika terjadi musibah besar, kita mengibarkan bendera merah putih setengah tiang.
Menurut M. Yamin yang menulis buku 6000 Tahun Sang Merah Putih, perlambang merah putih telah digunakan oleh masyarakat Nusantara pada zaman dulu sekitar 6.000 tahun yang lalu. Lambang itu untuk mengungkapkan dua kekuatan semesta yang sakral, yakni merah untuk matahari dan putih untuk bulan.
Pada masa yang lebih muda, yakni pada abad ke-13 dan ke-14, Kerajaan Kediri dan Majapahit telah mengibarkan umbul-umbul merah putih, yaitu gulo klopo. Gulo berarti gula merah dan klopo berarti daging kelapa yang berwarna putih.
Dalam perkembangan selanjutnya perkumpulan mahasiswa Indonesia di Leiden , Belanda, pada 1922 menggunakan bendera merah putih sebagai simbol mereka. Pengibaran bendera merah putih juga dilakukan pada Kongres Pemuda 1928. Selanjutnya bendera merah putih berkibar secara resmi pada 17 Agustus 1945.

Kisah bendera merah putih saat ini dipamerkan di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. Penyelenggaranya Direktorat Sejarah. Berbagai foto yang bersangkut paut dengan bendera, dipamerkan di sana. Juga kisah-kisah yang berkenaan dengan bendera.
Kita bisa melihat foto bagaimana Ibu Fatmawati menjahit Sang Saka Merah Putih sebelum dikibarkan pada 17 Agustus 1945. Pada foto lain terpampang peristiwa perobekan bendera Belanda merah putih biru di Hotel Oranye Surabaya pada 10 November 1945.
Peringatan proklamasi ke-1 dan seterusnya pada masa Presiden Soekarno ikut menyemarakkan pameran. Ada lagi ketika Sutan Sjahrir sedang melepas selubung bendera merah putih dari Tugu Proklamasi pada 17 Agustus 1946.
Sebagai pelengkap, ditampilkan sejumlah berita dari sejumlah koran yang terbit pada masa itu. Video dari Arsip Nasional ikut mendukung keramaian pameran.

Untuk menumbuhkan patriotisme kepada generasi muda, pada kesempatan itu Direktorat Sejarah mengundang sejumlah sekolah untuk menyaksikan pameran, sekaligus memperoleh bimbingan dari pemandu. Minggu, 12 November 2017 pagi saya lihat sekitar 30 pelajar sedang dipandu oleh Dhanu Wibowo. Mereka mendengarkan kisah dan saling berdiskusi di sela-sela kegiatan.