Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengambil Inspirasi dan Motivasi dari Museum Olahraga Nasional

31 Oktober 2017   06:54 Diperbarui: 1 November 2017   20:11 2599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagai koleksi MON, antara lain sarung tinju Chris John, busur milik Nurfitriyana, dan piala (Dokpri)

Kalau Anda berjalan-jalan di area TMII, perhatikan sebuah bangunan yang berbentuk unik. Dari jauh kelihatan bagaikan bola raksasa. Nah, itulah Museum Olahraga Nasional (MON). Museum ini terletak tidak jauh dari pintu I. Setelah Bayt Al-Qur'an dan Museum Istiqlal, ada Museum Telekomunikasi. Nah di sebelah Museum Telekomunikasi itu terletak MON. Kalau berjalan kaki sekitar 200 meter dari gerbang masuk.

MON merupakan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pemuda dan Olahraga. Gagasan pendirian MON datang dari Ketua Umum KONI saat itu, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, pada 1981. Kemudian melalui Yayasan Panji Olahraga, gagasan tersebut diangkat kembali oleh Abdul Gafur pada 1986. Museum ini diresmikan pendiriannya oleh Presiden Suharto pada 20 April 1989.

Di dalam museum terdapat informasi keolahragaan, dimulai sejak masa purba. Sebagai lembaga pelestarian, museum merawat dan memelihara benda-benda bersejarah hasil prestasi anak-anak bangsa. Termasuk juga kisah-kisah di balik prestasi mereka.

Tiga lantai

Banyak benda dan atlet berprestasi ditampilkan di dalam museum. Benda-benda itu adalah sepatu, kaos, perlengkapan olahraga (raket, sarung tinju, busur, dsb), medali, piala, sepeda, dan motor). Dari situlah kita tahu mana cabang olahraga yang pernah mengharumkan nama Indonesia.

Berbagai koleksi MON, antara lain sarung tinju Chris John, busur milik Nurfitriyana, dan piala (Dokpri)
Berbagai koleksi MON, antara lain sarung tinju Chris John, busur milik Nurfitriyana, dan piala (Dokpri)
MON terbagi menjadi tiga lantai. Setiap lantai memiliki bagian-bagian tertentu yang membahas dan menampilkan koleksi serta display dari dunia olahraga. Begitu masuk, kita akan disambut  patung peloncat indah yang diabadikan dalam beberapa gerakan. Di ruangan ini pula terdapat motto-motto olahraga yang mencerminkan nilai-nilai hakiki olahraga, seperti sportivitas dan perjuangan.

Sejarah olahraga, hingga beragam jenis pernak-pernik olahraga ditampilkan di lantai ini. Mulai dari olahraga tradisional seperti bola takraw, hingga replika perahu layar Dewa Ruci yang legendaris. Beragam atribut seragam berbagai jenis olahraga juga dipamerkan di lantai ini. Di satu sudut terdapat sebuah replika motor balap lengkap dengan manekin pembalap dengan seragamnya.

Di lantai dua kita bisa menyaksikan berbagai piala, trofi, dan medali dari beragam cabang olahraga. Di lantai ini kita bisa menyaksikan beragam display milik atlet-atlet Indonesia. Semua display menampilkan barang-barang pribadi milik para atlet tersebut. Dilengkapi dengan beragam medali dan piala, serta kisah dibalik perjuangan mereka. Di lantai ini ada kisah-kisah menarik atlet-atlet besar pada masanya, seperti Mardi Lestari (atletik), Yayuk Basuki (tenis), Ramang (sepakbola), hingga Utut Adianto (catur). Pada  panel informasi terdapat juga profil pecatur Ardiansyah. Salah seorang grandmaster catur ini meninggal 28 Oktober 2017 lalu.

Kisah tentang almarhum Ardiansyah (Dokpri)
Kisah tentang almarhum Ardiansyah (Dokpri)
Di lantai 3 terdapat sebuah auditorium besar yang di tengahnya terdapat sebuah piala berukuran besar.   Di lantai ini juga terdapat memorabilia dari legenda-legenda Indonesia yang memiliki prestasi internasional. Koleksi para peraih medali emas Olimpiade cabang bulutangkis seperti Susi Susanti, Alan Budi Kusuma, Ricky Subagja, dan Rexy Mainaki dapat disaksikan disini. Koleksi lain milik legenda bulutangkis Rudi Hartono. Busur yang digunakan srikandi Indonesia ketika merebut medali Olimpiade 1988 untuk pertama kali ikut dipajang. Begitu juga sabuk juara tinju Chris John.

Sayang saya tidak lihat Piala Thomas dan Uber. Mungkin masih dalam tahap perawatan. Soalnya 19-25 Oktiber 2017 lalu ada pameran di Manado menyambut Hari Museum Indonesia 12 Oktober. Teman saya bilang kedua piala menjadi primadona pameran. Banyak pengunjung ingin foto bersama di samping kedua piala.  

Di dalam museum masih ada beberapa fasilitas seperti auditorium dan area bermain. Di luar bangunan museum ada beberapa fasilitas, seperti kolam renang dan dinding panjat tebing.

Arena bermain di MON (Dokpri)
Arena bermain di MON (Dokpri)
Menurut Kepala Museum Olahraga Nasional, Herman Chaniago, museum sejenis juga sedang dibangun di Gelora Bung Karno (GBK). Koleksinya berasal dari sini. Museum di GBK tentu saja dikaitkan dengan Asian Games 2018 di Indonesia.

Nah, para generasi muda yang mau tahu lebih banyak tentang sejarah olahraga, olahraga tradisional, dan olahraga prestasi bisa berkunjung ke sini. Silakan mengambil inspirasi dan motivasi dari museum tersebut. Museum buka Selasa hingga Minggu pukul 09.00-16.00.  Setiap Senin museum tutup.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun