Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Emma Poeradiredja (1902-1976): "Saya Harus Kerja Sungguh-sungguh sebagai Wakil Rakyat"

26 Oktober 2017   20:25 Diperbarui: 26 Oktober 2017   20:59 2212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emma Poeradiredja pernah memperoleh Bintang Mahaputra dari Presiden Suharto (Dokpri)

Museum Sumpah Pemuda kembali menyelenggarakan hajatan. Hari ini, 26 Oktober 2017, dibuka pameran bertajuk "Emma Poeradiredja, Tokoh Pejuang Wanita Tiga Zaman". Hadir dalam pembukaan itu sejumlah undangan dari beberapa museum, komunitas, pelajar, mahasiswa, pemerhati museum, dan tokoh-tokoh warga sekitar museum.

Pembukaan pameran dilakukan oleh Kepala Subdirektorat Geografi Sejarah, Dr. Agus Widiatmoko. Ia mewakili Direktur Sejarah yang berhalangan hadir. Direktorat Sejarah berada di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebelumnya, Kepala Museum Sumpah Pemuda, Huriyati, memberikan laporan penyelenggaraan pameran.

Tiga zaman

Nama Emma Poeradiredja memang tidak setenar Kartini. Sesungguhnya setiap tokoh sulit diperbandingkan karena berbeda bidang perjuangan. Dari pameran ini kita bakal tahu banyak siapa dan apa peranan Emma.  

Dari pameran diketahui nama asli Emma adalah Rachmat'ulhadiah Poeradiredja. Ia  lahir di Cilimus, Kuningan pada 1902.  Ayahnya pernah bekerja sebagai redaktur kepala untuk Bahasa Sunda pada Pustaka Rakyat dan menjabat sebagai Residen Priangan pada 1925. Di dalam keluarganya Emma dikenal sebagai sosok yang dekat dengan ayahnya karena dianggap sebagai gurunya dalam berorganisasi.

Narasumber Rusdhy Husein sedang memberikan penjelasan (Dokpri)
Narasumber Rusdhy Husein sedang memberikan penjelasan (Dokpri)
Emma Poeradiredja berhasil menempuh pendidikan di HIS pada 1910-1917.  Setelah menyelesaikan pendidikannya di MULO, pada 1921 ia mengikuti ujian dinas di SSVS (Staatsspoor Wegen Vereenigde Spoorwegen). Lulusan SSVS ini dapat disejajarkan dengan HBS atau AMS.

Ketika di MULO, Emma menjadi anggota Bond Inlandsche Studeerend (BIS). Pada 1918 Emma menjadi anggota Jong Java. Selanjutnya menjadi anggota Jong Islamiten Bond (JIB). Bahkan ia aktif di kepanduan puteri pada 1925-1940.

Emma aktif pula dalam organisasi Paguyuban Pasundan. Ia pun mengikuti Kongres Pemuda yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Emma peduli pada perjuangan kaum perempuan. Pada 1927 ia mendirikan organisasi wanita Dameskring (Istri). Pada 1928 ia menghadiri Kongres Perempuan pertama. Pada 1930 ia mendirikan Pasundan Istri (PASI). Pada 1938 ia menjadi ketua pada Kongres Wanita ke-3 di Bandung.

Politik

Emma kemudian tertarik bidang politik. Pada 1938 ia menjadi anggota Gemeenteraad Bandung sebagai wakil dari Paguyuban Pasundan dan PASI. Menjelang Indonesia merdeka, Emma aktif dalam gerakan "Indonesia Berparlemen". Pada zaman Jepang, Emma pernah menjadi anggota palang merah wilayah Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun