Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Sontoloyo", Coretan Kemarahan Ali Sadikin pada Pelukis Srihadi

29 Agustus 2017   17:47 Diperbarui: 29 Agustus 2017   22:52 4055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Srihadi yang dicorat-coret Gubernur Ali Sadikin (Foto: detik.com)

Pagi itu Kota Tua Jakarta masih terlihat sepi, mungkin karena bukan Sabtu, Minggu, atau hari libur. Tujuan saya hari ini, Selasa, adalah mengunjungi Museum Seni Rupa dan Keramik. Museum ini berlokasi tidak jauh dari stasiun kereta api Jakarta Kota, tepatnya di Jalan Pos Kota Nomor 2, masih di kawasan kota tua Jakarta.

Selain pameran tetap, Museum Seni Rupa dan Keramik sering menyelenggarakan pameran temporer. Awal Agustus lalu saya sempat menghadiri pameran keramik. Pamerannya berlangsung hingga 31 Desember 2017. Kali ini pameran lukisan karya Srihadi Soedarsono bertema "Menyingkap Ja(YA)karta". Pameran akan berlangsung hingga 23 Oktober 2017.

Srihadi merupakan maestro seni rupa Indonesia. Ia lahir pada 1931. Ada lagi satu pelukis terkenal, bacanya sama tapi tulisannya berbeda, Sri Hadhy. Ia lahir pada 1943.

Pameran tersebut merupakan kerja sama antara Museum Seni Rupa dan Keramik dengan Yayasan Mitra Museum Jakarta. Karya Srihadi yang ditampilkan berjudul Air Mancar (1973) dan Jayakarta (1975).

Goresan perjuangan

Soedarmadji Damais yang saat ini menjabat Ketua Umum Yayasan Mitra Museum Jakarta mengatakan lukisan Jayakarta menceritakan tentang evolusi kota Jakarta. Juga menggambarkan sebuah cerminan akan keberhasilan masyarakat menegaskan toleransi di dalam keseharian hidup dan berbudaya. Bahkan unsur-unsur kenangan akan pembangunan kota Jakarta dari masa ke masa.

Sejarah lukisan Air Mancar lebih menarik. Pada 1975 untuk menyambut berdirinya TMII, lukisan Air Mancar dipajang di anjungan Jakarta. Srihadi memenuhi kanvasnya dengan reklame-reklame produk Jepang di jalanan Jakarta. Gubernur DKI Jakarta waktu itu, Ali Sadikin, sangat tersinggung. Ia marah lantas mencorat-coret lukisan tersebut dengan pensil.

Lukisan Srihadi yang dicorat-coret Gubernur Ali Sadikin (Foto: detik.com)
Lukisan Srihadi yang dicorat-coret Gubernur Ali Sadikin (Foto: detik.com)
"Sontoloyo!!! Apa ini reklame barang2 Jepang," begitu coretan Ali Sadikin lengkap dengan tanggal. Dalam lukisan Srihadi tersebut memang terlihat kata-kata Toshiba, Hitachi, Toyota, Dai Nippon, Banzai, dan Bakero.  Kini lukisan tersebut menjadi koleksi Srihadi. Dikabarkan tidak akan dijual selama Srihadi masih hidup. Diperkirakan harga lukisan tersebut mencapai 10 milyar rupiah.

Namun kemudian Ali Sadikin meminta maaf kepada Srihadi. Bahkan Ali Sadikin meminta Srihadi membuatkan sebuah karya untuk mengisi salah satu tembok di gedung Balai Kota menggambarkan kota Jakarta yang bersih sejak 1527 hingga 1970-an. Itulah yang dikenal dengan lukisan Jayakarta.  

Pada awalnya lukisan Jayakarta dipajang di ruang penyambutan tamu penting pemerintahan di Balai Kota. Namun setelah Ali Sadikin turun, ruangan tersebut tidak lagi digunakan sebagai tempat menerima tamu. Akibatnya lukisan Jayakarta kurang terpelihara. Yang diperlukan tentu  upaya maksimal dalam perawatan fisiknya.

Semoga upaya restorasi yang sesuai dengan kaidah pelestarian dan konservasi dapat terlaksana, seperti halnya lukisan S. Sudjojono di Museum Sejarah Jakarta. Beberapa tahun lalu Museum Sejarah Jakarta mendapat bantuan tenaga restorator lukisan dari Singapura.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun